About

  • He is Jay Chou, he is my idol and my inspiration.

    Halo ini blognya Anugrah. Hallo, this is Anugrah's blog. Oke Lanjooottt!

  • He is Tom Cruise. He is my idol because of his acting quality.

    Halo ini blognya Anugrah. Hallo, this is Anugrah's blog. Oke Lanjooottt!

  • This is ... oh shit why you put my pic there !!! eh its me.

    Halo ini blognya Anugrah. Hallo, this is Anugrah's blog. Oke Lanjooottt!

Sunday 7 January 2018

PESONA INDAH TANAH LOT


Pesona Indah Tanah Lot

Betapa senangnya aku, Ulangan Akhir Semester telah usai dan sekolah memberikan libur selama 2 minggu. Pada liburan kali ini, aku, bersama keluargaku berwisata ke Tanah Lot selama 2 hari, yakni tanggal 27 Desember 2017 hingga 28 Desember 2017. Oke deh, biar gak basa-basi, aku ceritain aja ya guys !

Aku berangkat dari kediamanku, Kota Singaraja pada pukul 08.00 WITA tanggal 27 Desember 2017. Pada saat itu, Ayahku memilih untuk melewati jalur penuh lika-liku, yakni Gitgit. Memang, sangat seru karena rasanya seperti berada di sirkuit F1. Aku sekeluarga tidak hanya berada di mobil saja, melainkan juga sempat berhenti untuk makan bakso, membeli durian, dan membeli minuman bersoda guna menghindari mabuk kendaraan. Pada pukul 11.30 WITA, tibalah aku di Kota Tabanan. Untuk bisa sampai ke Tanah Lot, diperlukan waktu sekitar 45 menit lagi. Aku sudah sangat tidak sabar untuk memijakkan kaki di kawasan wisata ini.

Karena situasi yang sedikit macet, perjalanan kembali mengalami perlambatan sekitar 15 menit. Di sepanjang perjalanan menuju Tanah Lot, tepatnya di Desa Beraban, Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali ini, aku melihat banyak sekali wisatawan mancanegara yang berlalu-lalang, berjalan kaki dengan backpack dan kamera mereka. Memang, tersedia jalan setapak khusus di kawasan wisata ini.

Jalan setapak dan wisatawan di kawasan wisata Tanah Lot
Di setiap pinggirnya ada toko pernak-pernik maupun oleh-oleh khas Bali yang memukau. Banyak sekali turis Asia yang berhenti di pinggiran jalan untuk membeli pernak-pernik tersebut. Selain harganya relatif murah-murah, kualitasnya juga gak kalah saing kok.

Pernak-pernik

Kemudian, aku segera menuju ke hotel yang berada di kawasan wisata Tanah Lot. Aku sekeluarga memindahkan barang-barang bawaan dari bagasi mobil ke kamar hotel. Ini memakan waktu cukup lama. Setelah semuanya beres, aku menoleh jam yang sudah menunjukkan pukul 14.30 WITA. Dan aku capek banget. Sehingga, aku memutuskan untuk tidur siang. Sebelumnya, aku sudah membuat perjanjian dengan kakak agar dia mau merekamku ketika aku berjalan-jalan di sekitaran kawasan wisata Tanah Lot setelah tidur siang.

ZZZZZZZZZZZZZZZZZZ (*tidur sound vfx)

Aku terbangun dari tidur siang! Ku tengok jam dinding. Sudah pukul 16.45 WITA. Segera aku membangunkan kakak, merengek-rengek agar merekamku saat berjalan-jalan. Tapi dia masih tidur dengan lelapnya. Aku tidak mau kehilangan momen indah matahari tenggelam di Pantai Tanah Lot. Jadi, aku segera mengambil kamera, dan bergegas menuju ke Pantai Tanah Lot.

Mungkin readers banyak yang bingung dengan penjelasanku. Tanah Lot itu berupa kawasan wisata yang didalamnya terdapat spot-spot wisata. Pura Tanah Lot berada di Pantai Tanah Lot yang merupakan bagian dari kawasan wisata Tanah Lot. Begitulah penjelasan singkatnya.


Aku melewati jalan setapak, toko pernak-pernik khas Bali, dan banyak turis mancanegara untuk menuju ke pantai tersebut. Perjalan dari Hotel yang ku tempati menuju ke Pantai Tanah Lot kurang lebih memakan waktu 10 menit. Tujuan sudah dekat, aku mengaktifkan kamera yang telah ku gelungkan di leher sebelumnya. Ku foto keadaan sekitar, dan merekamnya. Pantai Tanah Lot sudah berada di depan mata !


Pantai ini sungguh indah dengan ombak menggulung dan hamparan batu karang yang siap menahannya. Setiap hempasan ombak ke pantai ini laksana rindu yang berkepanjangan. Bagai harapan besar yang datang dari air laut, mereka beriringan untuk cepat sampai di pantai guna melepas rindu. Namun, apa daya, rindu itu tertahan oleh hamparan batu karang, tapi ada pula yang berhasil ketepian dan membasahi kakiku. 



Tidak ada yang merekamku, tidak ada yang memotoku ! Aku sungguh sedih di tengah keramaian dan suara deburan ombak yang seakan memecah kesunyian ini. Ramai ? Sangat ramai. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk meminta bantuan kepada orang-orang asing yang berada di sekitarku. Aku memberanikan diri dan meminta pertolongan dengan bertindak seperti bukan orang Bali, bahkan menggunakan logat Jakarta. Aku menghampiri wisatawan yang kemungkinan besar sebaya denganku dan berparas lokal.

“Permisi, lo dari Indonesia ? Orang Indonesia ?” tanyaku.

“Iya.” jawabnya.

“Bisa gak, tolongin gue, rekamin aja gue dari belakang, gue sambil jalan menghadap Pura Tanah Lot yang diseberang situ. Bisa gak ?” tanyaku lagi.

“Hmm.. gimana ya. Sama kakak gue aja yak. Itu tuh, panggil aja” jawabnya.

Aku menanyainya pertanyaan yang sama. Dan dia menyanggupinya. Ku rasa dia orang Surabaya karena logatnya yang sama persis dengan temanku dari Surabaya. Tapi, who knows ?

Dia memoto dan merekamku. Poseku sedikit canggung, karena aku merasakan pandangan dari banyak mata. Aku menaiki salah satu batu karang yang lumayan tinggi, menghadap ke Pura Tanah Lot, dan membelakangi kamera. Lalu, kuucapkan terimakasih atas kebaikan hatinya memotoku. 



Setelah berada di seberang Pura Tanah Lot, aku berkeinginan untuk melanjutkan perjalanan. Hingga tibalah aku di goa Ular Suci. Disana ada seorang penjaga. Jika ada yang ingin masuk dan melihat ular tersebut, kita harus memberikan upah secara sukarela baik berupa sesajen maupun uang. Warna ular tersebut hitam-putih-hitam-putih. Banyak sekali ular, tapi mereka muncul di waktu-waktu tertentu. 


Waktu sudah menunjukkan pukul 17.45 dan aku melihat matahari tenggelam di Pantai Tanah Lot ! Percikan sinar mentari tenggelam membuat langit dan seisi lautan menjadi berwarna kuning cerah. Semua wisatawan berbondong-bondong berfoto di atas batu karang. Bunyi peluit penjaga pantai pun seringkali ku dengar, karena ada banyak wisatawan yang berdiam di zona bahaya. Mungkin karena saking antusias dalam mengambil foto saat matahari tenggelam berlangsung. Pokoknya, apa yang ku lihat itu susah untuk dituangkan dengan kata-kata. Sangat indah, bagai surga. Apalagi ketika sinar mentari tenggelam memancar Pura Tanah Lot, jadi terlihat seperti rumah ajaib yang bersinar kuning cerah di film-film animasi Disney


Matahari sudah sepenuhnya tenggelam, menandakan waktu petang tiba. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WITA. Aku segera bergegas ke kamar hotel. Di pertengahan jalan, ada petugas yang menjual tiket pementasan Tari Kecak. Setiap malam, sekitar jam 21.00-22.00 pasti diadakan tarian Kecak di kawasan wisata Tanah Lot. Kali ini, di ruang auditorium hotel yang aku tempati. Banyak turis asing yang menontonnya. Aku jadi cinta banget sama budaya Bali. Karena, budaya Bali sungguh diminati oleh wisatawan dari mancanegara. Pingin rasanya bisa melakukan tari Kecak dan mementaskannya di luar negeri.

Sesampainya di kamar hotel, aku menanyai posisi kakak. Ternyata, dia mencariku ke Pantai Tanah Lot. Tapi, 10 menit kemudian, dia kembali. Sehingga, tidak ada lagi yang ku pikirkan selain mandi. Aku mandi dan memutuskan untuk berjalan-jalan lagi di sekitaran jalan setapak. Sesekali aku berhenti untuk melihat pernak-pernik khas Bali. Aku berjalan terpisah dengan keluarga. Dan aku mengharapkan agar segera bertemu dengan mereka. 


Ini sudah malem banget. Sekitar pukul 21.30 WITA. Di perjalanan aku bertemu dengan keluargaku yang sedang berjalan-jalan di sekitaran pantai. Udaranya sangat sejuk dan bersih disertai dengan deburan ombak yang memecah kesunyian malam. Sangat cocok untuk dijadikan tempat menenangkan diri. Di malam hari ini, aku juga bersembahyang di beberapa Pura di kawasan Tanah Lot, yakni Pura Batu Bolong dan Pura Batu Mejan. Ada pohon yang sangat besar sekali dan berambut-rambut banyak disana. Ketika aku foto, ternyata pohon ini memiliki sisi artistik yang sangat bagus. 

Pura Batu Bolong.

Pohon tua di areal Pura Batu Mejan.
Setelah berjalan-jalan, aku sekeluarga kembali ke kamar hotel. Lalu, tidur dengan nyenyak bersiap menyambut esok yang cerah.

Keesokan harinya, tanggal 28 Desember 2017, sekitar jam 06.00 WITA aku dibangunkan oleh Ayah dari tidurku. Kemudian, beranjak ke kolam renang dan mandi disitu bersama kakak, ibu serta bibi. Lalu, aku membasuh tubuhku di kamar mandi. Setelah itu, Ayah mengajakku untuk berjalan-jalan ke pantai. Aku sangat antusias untuk melihat keadaan pantai Tanah Lot di pagi hari. Suasananya cukup sepi. Belum banyak ada wisatawan yang berlalu-lalang. Disinilah aku melihat situasi yang sangat tenang dan damai. Aku juga mengetahui alasan kenapa salah satu Pura disana disebut “Pura Batu Bolong”, karena sebelumnya aku kesitu pada malam hari, jadi gak keliatan bolong (lubang) nya dimana. Aku berjalan hingga di ujung pantai dan kembali lagi. Selain untuk menenangkan diri, tempat ini juga bagus untuk berolahraga pagi. 

Berjalan-jalan di sekitaran Pantai Tanah Lot pada pagi hari.

Pura Batu Bolong dari jauh.
Sekitar pukul 08.00 WITA, aku dan Ayah kembali ke hotel dan makan pagi disana. Kami berbincang-bincang di ruang makan cukup lama. Setelah makan pagi, aku packing barang-barang lagi untuk bersiap pulang ke Singaraja. 

Makan pagi. 
Pada pukul 11.30, aku pulang dengan wajah berseri-seri tanda betapa senangnya aku berlibur di Tanah Lot. Sungguh tempat wisata yang tidak akan pernah terlupakan dan Tanah Lot ini recommended banget untuk dikunjungi !