FILE WORD BISA DI DOWNLOAD disini
BAHAN
BANGUNAN YANG RAMAH LINGKUNGAN
LKTI
PESC (PNB Engineering Scientific Competition)
INOVASI PENGGANTI BETON YANG RAMAH LINGKUNGAN
TIM PENYUSUN :
ANUGRAH DWI KUSUMA DESAK (9993)
NI KETUT SRI CATURWATI (10011)
HALIZA NUR FITRIANI (10068)
SMA NEGERI 3 SINGARAJA
KAB. BULELENG, BALI
2017
HALAMAN PENGESAHAN
LKTI PEC ( PNB
Engineering Scientific Competition )
TAHUN 2017
JUDUL
: INOVASI PENGGANTI BETON YANG RAMAH LINGKUNGAN
TINGKAT
: SMAN 3 SINGARAJA
1. KETUA
TIM
NAMA
: ANUGRAH DWI KUSUMA DESAK
KELAS
: XII MIPA 1
NIS
: 99993
SEKOLAH
: SMAN 3 SINGARAJA
ALAMAT
: JLN. P. NATUNA, PENARUKAN, SINGARAJA, BALI.
2. GURU
PEMBINGBING
NAMA
:
NIP
:
ALAMAT
:
SINGARAJA,
30 AGUSTUS 2017
GURU
PEMBINGBING KETUA TIM
( ) ( )
NIP. NIS.
MENYETUJUI,
KEPALA
SEKOLAH
( )
NIP.
LEMBAR PENYATAAN
ORISINALITAS KARYA TULIS ILMIAH
TAHUN 2017
Judul Karya Tulis : Inovasi Pengganti Beton yang Ramah Lingkungan
Nama
Ketua :
Anugrah Dwi Kusuma Desak
Nama
Anggota : 1. Ni Ketut Sri Catur Wati
2.
Haliza Nur Fitriani
Kami yang bertanda tangan dibawah ini
menyatakan bahwa karya tulis dengan judul yang tersebut di atas memang benar
merupakan karya orisinal yang dibuat oleh penulis dan belum pernah publikasikan
dan / dilombakan diluar kegiatan ‘LKTI
PESC (PNB Engineering Scientific Competition) 2017” Yang diselenggarakan
oleh Himpunan Jurusan teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali.
Demikian pernyataan ini kami buat
dengan sebenarnya, dan apabila terbukti pelanggaran di dalamnya, maka kami siap
untuk didiskualifikasi dari kompetesi ini sebagai bentuk
pertanggungjawaban kami
Singaraja, 30 Agustus 2017
Anugrah Dwi Kusuma Desak
KATA
PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya lah kita masih diberikan
kesehatan maupun kesempatan sehingga karya ilmiah mengenai bahan bangunan ramah
lingkungan ini dapat terselesaikan dan dapat dilombakan.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung penyusunan dan pembuatan karya ilmiah ini. Banyak rintangan dan tantangan yang sempat membuat kami menyerah
tetapi kami tetap yakin dan berjuang agar karya ilmiah ini menjadi yang terbaik
di dalam perlombaan. Walaupun, kami sangat menyadari masih banyak kekurangan
dan kelemahan baik dari segi materi kajian, pendekatan maupun cara
penulisannya, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca,
agar kedepannya kami dapat membuat karya ilmiah yang lebih baik lagi.
Semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca, dan juga tentunya bermanfaat bagi semua orang.
Om
Shanti, shanti, shanti, Om.
Singaraja,30 Agustus 2017
Tim
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR
PENGESAHAN…………………………………………………. 1
LEMBAR
PENYATAAN ORISINALITAS KARYA TULIS……………... 2
KATA
PENGANTAR……………………………………………….......... 3
ABSTRAK………………………………………………………………… 5
BAB
I PENDAHULUAN…………………………………………………... 6
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA…….. …………………………………….. 8
BAB
III METODE PENULISAN…………………………………………...16
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………. 17
BAB
V PENUTUP………………………………………………………….. 24
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………….. 25
LAMPIRAN………………………………………………………………… 26
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP……………………………………………… 27
ABSTRAKSI
Beton adalah
material bangunan yang paling dibutuhkan untuk membangun sebuah bangunan.
Bangunan di Indonesia rata-rata menggunakan beton sebagai fondasi bangunan yang
kuat. Bahan-bahan dasar beton jika
dipanaskan dapat mengeluarkan berton-ton gas emisi karbon dioksida dan
menyebabkan efek rumah kaca. Proses pengumpulan batu kerikil atau pasir juga
merusak sumber daya alam yang semakin menipis.
Karena dampak
buruk inilah kami ingin memaparkan ide untuk mengganti beton dengan pengganti
yang lebih hijau dan alami sehingga menjadi material bangunan yang ramah
lingkungan. Kami mengharapkan agar para kontraktor atau pembangun di Indonesia
dapat membangun dengan bahan yang alami dan juga ramah lingkungan. Kami juga
berharap agar seluruh warga Indonesia sadar akan pengganti beton yang lebih
alami, agar tidak terpaku terus dengan beton.
Data-data
yang dipergunakan dalam
penyusunan karya tulis
ini berasal dari berbagai
literatur kepustakaan yang
berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Beberapa
jenis referensi utama
yang digunakan adalah dan artikel ilmiah yang bersumber dari
internet. Jenis data
yang diperoleh variatif,
bersifat kualitatif.
Metode
penulisan bersifat studi
pustaka. Informasi didapatkan
dari berbagai literatur dan
disusun berdasarkan hasil
studi dari informasi
yangdiperoleh. Penulisan diupayakan
saling terkait antar
satu sama lain
dan sesuai dengan topik yang
dibahas. Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik
kajian. Kemudian dilakukan
penyusunan karya tulis
berdasarkan data yang
telah dipersiapkan secara logis
dan sistematis. Teknik analisis data
bersifat deskriptif argumentatif. Simpulan didapatkan
setelah merujuk kembali
pada rumusan masalah, tujuan penulisan,
serta pembahasan. Simpulan
yang ditarik mempresentasikan pokok bahasan
karya tulis, serta
didukung dengan saran
praktis sebagai rekomendasi
selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Beton adalah
material bangunan yang paling dibutuhkan untuk membangun sebuah bangunan.
Bangunan di Indonesia rata-rata menggunakan beton sebagai fondasi bangunan yang
kuat. Bahan abu-abu ini memang sangat berguna untuk menyatukan kota. Mulai dari
rumah, gedung, apartemen hingga trotoar. Bahkan adapula yang sepenuhnya
menggunakan beton seperti bangunan Rooftop. Bentuk paling umum dari beton
adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregrat mineral biasanya kerikil atau pasir,semen dan air. Pada
lokasi tertentu, beton yang bahan bakunya semen mudah bereaksi dengan suatu
larutan kimia.
Hal ini
menyebabkan efek buruk pada lingkungan. Bahan-bahan dasar beton jika dipanaskan dapat mengeluarkan berton-ton
gas emisi karbon dioksida dan menyebabkan efek rumah kaca. Proses pengumpulan batu
kerikil atau pasir juga merusak sumber daya alam yang semakin menipis. Karena
dampak buruk inilah kami ingin memaparkan ide untuk mengganti beton dengan
pengganti yang lebih hijau dan alami sehingga menjadi material bangunan yang
ramah lingkungan. Kami mengharapkan agar para kontraktor atau pembangun di
Indonesia dapat membangun dengan bahan yang alami dan juga ramah lingkungan. Kami
juga berharap agar seluruh warga Indonesia sadar akan pengganti beton yang
lebih alami, agar tidak terpaku terus dengan beton.
Misalnya,
penggunaan batang jerami untuk menggantikan beton untuk membuat tembok
bangunan. Penggunaan batang jerami ini diharapkan dapat memberikan efek yang
lebih baik untuk lingkungan tidak seperti beton yang penggunaannya memberikan
dampak yang kurang baik pada lingkungan. Selain itu hal ini juga diperlukan
untuk menyeimbangkan bahan alam dengan bahan sintetis. Karena pada dasarnya,
lingkungan perlu di lestarikan dengan menyeimbangkan kandungan alami dan buatan
manusia.
b.
Rumusan Masalah
1. Apa
itu ramah lingkungan ?
2. Apa
itu bangunan ?
3. Apa
itu material bangunan ?
4. Apa
itu beton ?
5. Apa
saja bahan bangunan pengganti beton yang ramah lingkungan ?
6. Bagaimana
inovasi material alami tersebut dapat menggantikan beton?
c.
Tujuan
1. Memberi
solusi untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat penggunaan beton.
2. Untuk
keperluan lomba karya ilmiah.
3. Menghimpun
ide dan gagasan tentang inovasi material bangunan ramah lingkungan.
4. Sebagai
sumber informasi yang bermanfaat.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Ramah Lingkungan
Ramah
lingkungan, atau populer dengan sebutan go-green menurut para ahli adalah
istilah keberlanjutan dan pemasaran yang
mengacu pada barang dan jasa, hukum,
pedoman dan kebijakan yang mengklaim berkurangnya, minimalnya bahaya, bahkan
tidak membahayakan ekosistem atau lingkungan
(Webster, 2005). Perusahaan
menggunakan istilah ambigu ini untuk mempromosikan barang dan jasanya,
terkadang dengan sertifikasi tambahan dan spesifik, seperti ecolabel.
Penggunaan berlebihan yang mereka lakukan dapat disebut sebagai greenwashing
(Motavalli – Jim, 2011)
Organisasi
Internasional untuk Standardisasi telah mengembangkan
ISO 14020 dan ISO 14024 untuk menetapkan prinsip dan prosedur untuk pelabelan
dan deklarasi lingkungan yang harus diikuti oleh lembaga sertifikasi
dan eko-labeller. Secara khusus, standar ini berhubungan dengan
penghindaran konflik kepentingan keuangan,
penggunaan metode ilmiah yang
masuk akal dan prosedur pengujian yang dapat diterima, dan keterbukaan serta transparansi dalam
penetapan standar (Green Seal, 2009). Sistem ramah lingkungan atau go green
dapat diaplikasikan ke segala bidang. Manusia sebagai makhluk hidup memiliki
beberapa kebutuhan hidup antar lain kebutuhan sandang,pangan,papan.
B. Pengertian
Bangunan
Bangunan adalah
struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang
didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut
dengan rumah dan gedung,
yaitu segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam
kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Bangunan
memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian
sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan,
kondisi cuaca, harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.
Bangunan
mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama sebagai tempat
berlindung dari cuaca,
keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat menyimpan barang, dan tempat bekerja.
Suatu bangunan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia khususnya sebagai sarana
pemberi rasa aman, dan nyaman.
Contoh
bangunan yang paling sering kita lihat yaitu jembatan beserta
konstruksi dan rancangannya, jalan, serta sarana telekomunikasi. Secara umum,
peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari teknik-teknik bangunan maupun sarana,
dan prasarana yang dibuat maupun ditinggalkan oleh warisan manusia dalam
perjalanan sejarahnya.
C. Hubungan
Ramah Lingkungan dengan Bangunan
Sistem
ramah lingkungan ini dapat dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.
Contohnya kebutuhan manusia pada papan atau tempat tinggal. Seiring berjalanya
waktu kebutuhan manusia akan tempat tinggal semakin meningkat. Bila pada
awalnya manusia berprinsip hidup nomaden maka kini manusi memutuskan untuk
berdiam pada satu tempat yang pasti. Bangunan pun mengalami peningkatan
variasi, dan tentunya peningkatan ini menyebabkan semkin bervariasinya bahan
dalam membangun bangunan. Jumlah
bangunan di muka bumi ini pun semakin
meningkat. Meningkatnya jumlah bangunan tentu berdampak juga bagi lingkungan
dampaknya antara lain :
·
1.Lahan terbuka berubah menjadi lahan tertutup.
·
2.Area resapan air menjadi berkurang.
·
3. Lahan pertanian berkurang.
·
Berkurangnya SDA karena penggunaan yang
terus menerus.
·
Terganggunya ekosistem alam.
Dalam
membuat bangunan manusia mulai menciptakan inovasi-inovasi baru yang mampu
menyokong pertumbuhan rancangan bangunan mereka. Bila pada masa lalu manusia
masih menggunakan bahan organik yang bersifat ramah lingkungan untuk membantu
mereka dalam membuat bangunan maka manusia mulai menciptakan inovasi berupa
semen, beton dan lain-lain. Namun, masalah mulai bermunculan inovasi manusia
dalam membentuk bahan bangunan yang mereka gunakan tidak hanya menimbulkan
dampak positif melainkan juga dampak negatif
dari bahan bahan bangunan yang kurang berifat ramah lingungan ini. Berdasarkan
hal inilah tim kami memiliki tujuan untuk mengurangi bahan bangunan yang tidak
ramah lingkungan dalam membangun kota.
D. Bahan
Bangunan Tidak Ramah Lingkungan
·
Semen
Semen
adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako,
maupun bahan bangunan lainnya.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin),
yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan".
Meski sempat populer pada zamannya, nenek moyang semen made in Napoli
ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad
pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.
Semen
mengandung beberapa bahan kimia antara lain:
Trikalsium
silikat
Dikalsium
silikat
Trikalsium
aluminat
Tetrakalsium
aluminofe
Gipsum
Dalam
perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan
batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau
lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi
Borobudur atau Candi
Prambanan di Indonesia ataupun
jembatan di Cina yang
menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam
sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun
bangunan kuno yang dijumpai di Pulau
Buton. Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan
dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk
seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil
percampuran batu kapur dan abu vulkanis.
Pertama kali ditemukan pada zaman Kerajaan
Romawi, tepatnya di Pozzuoli,
dekat teluk Napoli, Italia.
Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Baru
pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton -
insinyur asal Inggris -
menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan
dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar
Eddystone di lepas pantai Cornwall,
Inggris. Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan
cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin,
juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang
kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir
olahannya mirip tanah liat Pulau Portland,
Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di
toko-toko bangunan.
Sebenarnya,
adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan
utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak
mengandung silika (sejenis
mineral berbentuk pasir), aluminium
oksida (alumina) serta oksida besi.
Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai
terbentuk campuran baru. Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat
yang mengandung zat besi. Nah, agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi
bubuk gips dan
dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil mirip bedak.
a. Pembuatan
Semen
Lazimnya,
untuk mencapai kekuatan tertentu, semen Portland berkolaborasi dengan bahan
lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan reaksi
kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir,
terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk membuat pondasi bangunan,
campuran tadi biasanya masih ditambah dengan bongkahan batu atau kerikil, biasa
disebut concrete atau beton.
Meski
bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan
beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak,
kolaborasi dengan bahan bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini
karena sifat alumina yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok
buat mengecor karena campurannya bisa mengisi pori-pori bagian yang hendak
diperkuat.
Berikut
dampak dampak penggunaan semen :
Dampak
positif atau keuntungan yang dapat diambil dengan adanya pembangunan industry
Semen antara lain sebagai berikut :
o Menambah
penghasilan penduduk yang akan meningkatkan kemakmuran
o Menghasilkan
aneka barang yang diperlukan masyarakat banyak
o Memeperbesar
kegunaan bahan mentah. Semakin banyak bahan mentah yang diolah dalam
perindustrian, semakin besar pula manfaat yang diperoleh
o Memperluas
lapangan pekerjaan bagi penduduk
o Mengurangi
ketergantungan Indonesia pada luar negeri
o Memberi
hasil tambahan bagi para petani
o Merangsang
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan industry
o Memperluas
kegiatan ekonomi manusia sehingga tidak semata-mata tergantung pada lingkungan
alam
Selain
dampak positif terdapat juga dampak negatif dari industri semen, diantaranya;
Salah
satu dampak negatif dari industri semen pencemaran udara oleh debu. Debu
yang dihasilkan oleh kegiatan industri semen terdiri dari debu
yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku, debu selama proses
pembakaran, dan debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke
pabrik serta bahan jadi ke luar pabrik, termasuk pengantongannya. Selain
itu, pabrik semen juga meningkatkan suhu udara dan suara yang ditimbulkan
mesin-mesin dalam pabrik juga menimbulkan kebisingan. Debu semen memiliki
banyak dampak negatif bagi kesehatan maupun lingkungan hidup. Selain debu,
berikut contoh dampak negatif dari pabrik semen bagi lingkungan.
a. Lahan
Penurunan
kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat. Perubahan ini
dari segi waktu akan meluas ke arah menurunnya kapasitas penampungan air yang
pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap kuantitas air sungai. Sedangkan
dari segi ruang akan mempengaruhi keseimbangan atau keselarasan lingkungan
setempat.
b. Air
Kualitas
air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan sisa
air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis yang mudah terkena
erosi, yang akan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya
akan menimbulkan masalah banjir pada musim hujan.
c.
Flora dan Fauna
Berkurangnya
keanekaragaman flora karena berubahnya pola vegetasi dan jenis endemic, dan
pembentukkan klorofil serta proses fotosintesis, Sedangkan berkurangnya
keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan langka) disebabkan karena
berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-hewan tersebut
E. Definisi
Beton
Beton
merupakan bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi dan pengikat
semen. Bentuk paling umum adalah semen portland yang terdiri dari bahan kerikil
dan pasir, semen dan air. Beton di gunakan untuk membuat perkerasan jalan ,
struktur bangunan , fondasi, jalan, jembatan penyebrangan, truktur parkiran,
dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok. Dalam konstruksi, beton adalah
sebuah bahan bangunan komposit yang
terbuat dari kombinasi aggregat dan
pengikat semen.
Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari
agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semendan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan.
Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap,
tetapi semen berhidrasi,
mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu.
Beton digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi,
jalan, jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang,
dan semen dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.
Penggunaan
beton dan bahan-bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai pembentuknya telah
dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi bahkan mungkin sebelumnya. Dengan
campuran kapur,
pozzolan, dan batu apung, bangsa Romawi banyak
membangun infrastruktur seperti akuaduk, bangunan, drainase dan lain-lain. Di
Indonesia penggunaan yang serupa bisa dilihat pada beberapa bangunan kuno yang
tersisa. Benteng Indrapatra di Aceh yang dibangun pada abad ke-7 oleh kerajaan
Lamuri, bahan bangunannya berupa kapur, tanah liat, dan batu
gunung. Orang Mesir telah menemukan sebelumnya bahwa dengan memakai aditif debu
vulkanik mampu meningkatkan kuat tekan beton.
Penggunaan
beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan merupakan awal era beton
bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai
prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton terhadap
taruknya. Pada tahun 1850, J.L. Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal
kecil dari bahan semen untuk dipamerkan dalam Expo tahun 1855 di Paris.
J.Moiner, seorang ahli taman dari Prancis mematenkan
rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya yang digunakan
untuk tanamannya. Pada tahun 1886, Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori
dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner mengembangkan pelat slab tanpa
balok tahun 1906.
Kelebihan
beton adalah dapat mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Selain
itu pula beton juga memiliki kekuatan mumpuni, tahan terhadap temperatur yang
tinggi dan biaya pemeliharaan yang murah. Sedang kekurangannya adalah bentuk
yang telah dibuat sulit diubah tanpa kerusakan. Pada struktur beton, jika ingin
dilakukan penghancuran maka akan mahal karena tidak dapat dipakai lagi. Beda
dengan struktur baja yang tetap bernilai. Berat, dibandingkan dengan
kekuatannya dan daya pantul yang besar. (Mulyono Tri, 2004)
Beton
memiliki kuat tekan yang tinggi namun lemah dalam tariknya. Jika struktur itu
langsung jika tidak diberi perkuatan yang cukup akan mudah gagal. Menurut
perkiraan kasar, nilai kuat tariknya sekitar 9%-5% kuat tekannya. Maka dari itu
perkuatan sangat diperlukan dalam struktur beton. Perkuatan yang umum adalah
dengan menggunakan tulang baja yang jika dipadukan sering disebut dengan beton
bertulang.
Bahan
bangunan adalah setiap bahan yang digunakan untuk tujuan konstruksi. Banyak
bahan alami, seperti tanah liat, pasir, kayu dan batu, bahkan ranting dan daun
telah digunakan untuk membangun bangunan. Selain dari bahan alami, produk
buatan banyak digunakan, dan beberapa lagi kurang sintetik. Industri pembuatan
bahan bangunan didirikan di banyak negara dan penggunaan bahan-bahan tersebut biasanya
dibagi ke dalam perdagangan khusus tertentu, seperti pertukangan, pipa, atap
dan pekerjaan isolasi. Acuan ini berhubungan dengan tempat tinggal manusia dan
struktur termasuk rumah.
BAB
III
METODE
PENULISAN
a.
Sumber dan Jenis Data
Data-data yang dipergunakan
dalam penyusunan karya
tulis ini berasal dari
berbagai literatur kepustakaan
yang berkaitan dengan
permasalahan yang dibahas.
Beberapa jenis referensi
utama yang digunakan
adalah dan artikel ilmiah yang bersumber
dari internet. Jenis
data yang diperoleh
variatif, bersifat kualitatif.
b.
Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat
studi pustaka. Informasi
didapatkan dari berbagai literatur
dan disusun berdasarkan
hasil studi dari
informasi yangdiperoleh. Penulisan
diupayakan saling terkait
antar satu sama
lain dan sesuai dengan topik yang dibahas.
c.
Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik
kajian. Kemudian dilakukan
penyusunan karya tulis
berdasarkan data yang
telah dipersiapkan secara logis
dan sistematis. Teknik analisis data
bersifat deskriptif argumentatif.
d.
Penarikan Kesimpulan
Simpulan didapatkan setelah
merujuk kembali pada
rumusan masalah, tujuan penulisan,
serta pembahasan. Simpulan
yang ditarik mempresentasikan pokok bahasan
karya tulis, serta
didukung dengan saran
praktis sebagai rekomendasi
selanjutnya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil tinjauan pustaka yang telah kami peroleh, bahan inovasi material
pengganti beton yang paling ramah lingkungan adalah beton yang divariasikan
dari batu bata yang terbuat dari jamur Miselumyang telah dibiarkan tumbuh pada
bahan bahan organic seperti batang jerami dan bambu kemudian dibiarkan
mengering. Namun, tidak banyak orang tahu tentang fakta dibalik beton. Produksi
bahan-bahan pembentuk beton menghasilkan berton-ton gas rumah kaca berupa
karbondioksida (CO2) ke atmosfer setiap tahunnya. Polusi tersebut memicu proses
perubahan iklim yang kita rasakan sekarang.
Untuk
mengatasi kebutuhan pengganti bahan beton tersebut, berikut ini 6 inovasi
material bangunan sebagai sebuah alternatif beton dan menurunkan efek buruknya
terhadap lingkungan.
1. Batang
Jerami
Bangunan
yang terbuat dari tumpukan batang jerami mengingatkan pada zaman dimana
rumah-rumah dibangun menggunakan material yang alami dan diproduksi lokal.
Batang jerami yang digunakan untuk menggantikan dinding bata, kayu atau gipsum
ternyata dapat menghasilkan insulasi yang sangat baik bila disusun dengan baik.
Tidak hanya murah namun juga berkelanjutan karena jerami tumbuh sangat cepat di
alam. Salah satu alternatif yang akan digunakan untuk mengatasi masalah diatas
adalah dengan batako tidak berlubang, dengan bahan tambah jerami padi (batang
padi setelah pasca panen). Dengan optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian
yang berupa jerami padi ini diharapkan akan mengurangi limbah yang mencemari
lingkungan dan dapat mengurangi kerusakan lahan pertanian yang dibutuhkan
masyarakat sebagai tempat menanam padi.
Pertanaman
padi tidak hanya menghasilkan padi (gabah) tetapi juga jerami. Jerami padi
merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum
sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai
12-15 ton setiap hektar pada masa panen, atau 4-5 ton bahan kering tergantung
pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan. Bila produksi padi
dilakukan tiga kali setiap tahun, berarti jumlah gabah maupun jerami yang
dihasilkan menjadi tiga kali lipat dari semula dan tentu sangat bermanfaat.
Ketersediaan jerami sebanyak ini biasanya digunakan untuk pakan ternak seperti sapi atau kerbau. Di beberapa daerah di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur, para petani memanfaatkan jerami untuk pakan ternak, seperti sapi potong, sapi perah, maupun kerbau. Jerami padi juga diolah untuk pupuk fermentasi, tetapi hal ini jarang sekali dilakukan di jaman modern ini. Biasanya tumpukan padi yang melimpah jumlahnya oleh para petani hanya dibakar saja,
karena mengingat lokasi persawahan harus segera dipersiapkan untuk segera diolah kembali.
Ketersediaan jerami sebanyak ini biasanya digunakan untuk pakan ternak seperti sapi atau kerbau. Di beberapa daerah di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur, para petani memanfaatkan jerami untuk pakan ternak, seperti sapi potong, sapi perah, maupun kerbau. Jerami padi juga diolah untuk pupuk fermentasi, tetapi hal ini jarang sekali dilakukan di jaman modern ini. Biasanya tumpukan padi yang melimpah jumlahnya oleh para petani hanya dibakar saja,
karena mengingat lokasi persawahan harus segera dipersiapkan untuk segera diolah kembali.
Jerami
juga merupakan salah satu tanaman yang mengandung serat dan telah digunakan
produksi pulp dan kertas. Begitu juga pemanfaatan jerami sebagai bahan
bangunan, semisal digunakan sebagai bahan penutup atap pada tempat
peristirahatan atau cottage. Pemanfaatan jerami sebagai bahan bangunan dapat
mengurangi dua pertiga jumlah batu bata yang dipakai dalam membangun dinding
eksterior. Hal tersebut dibuktikan dengan pemanfataan jerami didaerah yang beriklim
dingin (timur laut-cina), tumpukan jerami dipakai sebagai bahan dinding
eksterior bangunan. Tumpukan jerami ini kemudian diplester kedua sisi. Menghasilkan
dinding setebal 45-60 cm yang kelihatannya mirip dengan dinding bata jemuran
(adobe) atau batu, dengan demikian pemanfaatan jerami padi akan mengurangi
polusi dan pemakaian tanah liat yang langka. Rumah-rumah yang dibangun dengan
program tersebut sejauh ini mampu bertahan terhadap gempa karena dinding jerami
yang ringan dan lentur ini mampu menyerap goncangan gempa
(alambina-construction intelligence, htm, 2005).
Untuk
menambah kekakuan pada cetakan jerami yang digunakan sebagai bahan tambah
batako tidak berlubang, dapat ditambah dengan lem kayu yang banyak terdapat di
toko-toko bangunan atau lem buatan yang dapat dibuat sendiri, seperti lem yang
dibuat dari tepung tapioka atau pati kanji. Penggunaan lem kayu yang digunakan
untuk menambah kekakuan jerami padi sehingga diharapkan dapat menambah kuat
tekan pada pembuatan batako tidak berlubang.
Alasan lain penggunaan bahan jerami untuk bahan campuran beton ringan adalah menciptakan bangunan yang ramah lingkungan (Eco-Architecture) dengan sentuhan teknologi baru. Dibandingkan dengan batako biasa, batako dengan penambahan jerami padi ini dimungkinkan mempunyai berat yang lebih ringan, sehingga dapat digunakan pada daerah rawan gempa.
Alasan lain penggunaan bahan jerami untuk bahan campuran beton ringan adalah menciptakan bangunan yang ramah lingkungan (Eco-Architecture) dengan sentuhan teknologi baru. Dibandingkan dengan batako biasa, batako dengan penambahan jerami padi ini dimungkinkan mempunyai berat yang lebih ringan, sehingga dapat digunakan pada daerah rawan gempa.
2. Beton
Rumput
Bahan
ini biasanya digunakan di jalur pejalan kaki namun memiliki lubang-lubang yang
cukup untuk rumput tumbuh di sela-selanya. Bahan ini mengurangi pemakaian beton
dan juga bisa menjadi jalan masuknya air hujan ke dalam tanah. Menggunakan
perkerasan (beton) sebagai penutup tanah terkesan lebih praktis dan mudah
dibersihkan. Namun, memakai perkerasan memiliki kelemahan menghambat air
meresap ke dalam tanah.
Sementara
itu, memanfaatkan rumput untuk menutup tanah dapat menyerap air, menghadirkan
sentuhan alami, serta memasok oksigen sehingga ramah lingkungan. Namun
demikian, rumput membutuhkan perawatan khusus. Rumput juga mudah rusak dan
kemudian apabila kerap terinjak-injak.
Kini,
dengan memadukan keduanya, kelemahan perkerasan dan rumput bisa diatasi. Rumput
lebih awet karena ada perkerasan, sementara air bisa dengan mudah terserap
masuk ke dalam tanah dan permukaan tanah tetap keras karena perkerasan beton.
Dengan
teknik kombinasi seperti ini, halaman rumah akan tertutup tanah yang kuat dan
tetap ramah lingkungan. Tanpa rasa khawatir rusak, tanah yang tertutup oleh
keduanya dapat juga berfungsi sebagai tempat parkir mobil atau aktivitas berat
lainnya.
3. Tanah
Yang Dipadatkan
Apalagi
yang lebih alami daripada merasakan tanah sebagai lantai rumah? Bahkan
sebenarnya dinding yang mirip dengan beton bisa dibuat dengan hanya memadatkan
tanah di rangka kayu. Pemadatan tanah adalah teknologi yang digunakan oleh
peradaban manusia sejak ribuan tahun lalu dan mampu bertahan lama. teknik
pembuatan rumah ini sebenarnya mendahului konstruksi bata-lumpur yang terkenal
di daerah tersebut. Lapis demi lapis tanah ditambahkan dalam proses, menjaga
ketebalan dinding yang akan mampu membuat penghuninya selamat dari berbagai
cuaca.
Selain
dinding rumah, penduduk juga membuat dinding-dinding pendek yang berjasa
sebagai elemen lanskap urban. Dinding pendek tersebut menyediakan tempat duduk
untuk bercengkrama dan bekerja. Fitur paling menakjubkan di sini adalah onamen
pada dinding-dinding rumah. Hampir setiap inci rumah tanah liat ini memiliki
hiasan berupa motif terbuat dari lumpur berwarna dan kapur. Motif tersebut
merupakan cerita dari kebudayaan suku kuno. Adapun yang digambarkan dari
motif-motif itu antara lain berabagai barang dan perabotan di kehidupan
sehari-hari, hingga kepercayaan dan agama. Rupanya, dekorasi tersebut sekaligus
juga membedakan satu rumah dengan rumah lainnya. Anda tidak akan menemui
bangunan "polos" di kawasan ini.
Umumnya,
karya seni berupa motif yang membedakan antara satu rumah dengan rumah lainnya
diembos dengan batu dan goresan-goresan. Selain itu, rumah ini juga memiliki
bukaan pintu berukuran kecil. Hal ini membantu pemiliknya mendapatkan temperatur
interior yang nyaman.
4. HempCrete
HempCrete
adalah beton yang dibuat dari serat tanaman hemp. Serat tersebut dicampur
dengan kapur untuk membentuk bahan mirip beton namun kuat dan ringan. Karena
bahan ini ringan, energi yang diperlukan untuk memindahkan bahan ini menjadi
sangat rendah sementara bahannya sendiri tumbuh cepat di alam sehingga
berkelanjutan. ganja juga dapat diolah jadi bahan bangunan. Hempcrete adalah
sebutan untuk beton berbahan serat ganja, setelah diuji, beton ini 7 kali lebih
kuat dan 2 kali lebih ringan ketimbang beton biasa, keunggulan Hempcrete
lainnya, beton lebih elastik dan tahan retak dibanding beton biasa.
Tahun
1973 sebuah perusahaan di prancis telah memfokuskan diri pada produksi
pengolahan berbahan serat ganja, tapi kenapa indonesia memfokuskan diri untuk
memusnahkan ganja, mungkin karena tindakan penyalahgunaan lebih tinggi dibanding
pemanfaatannya yang positif sehingga
perusahaan ini akhirnya berhenti.
Selain Hempcrete, serat batang ganja juga dapat digunakan menjadi bahan interior mobil dalam dunia otomotif. oleh sebab itu ada pepatah mengatakan, "ganja legal bumi selamat" cukup populer kita lihat, karena memang ganja dapat menyelamatkan hutan, hanya dengan satu pohon, apapun dapat tercipta.
Selain Hempcrete, serat batang ganja juga dapat digunakan menjadi bahan interior mobil dalam dunia otomotif. oleh sebab itu ada pepatah mengatakan, "ganja legal bumi selamat" cukup populer kita lihat, karena memang ganja dapat menyelamatkan hutan, hanya dengan satu pohon, apapun dapat tercipta.
5. Bambu
Bambu
merupakan bahan bangunan yang sudah digunakan di beberapa negara selama ribuan
tahun. Hal yang paling menjanjikan dari bahan ini adalah kombinasi antara
kekuatannya dalam menghadapi tekanan, berbobot ringan, dan sangat cepat tumbuh
di alam. Digunakan sebagai rangka bangunan dan untuk bangunan sederhana, bambu
bisa menggantikan bahan yang diimpor dan mahal, terutama di daerah pedalaman,
bangunan pasca bencana dan untuk daerah yang berpendapatan rendah namun
memiliki akses luas terhadap tanaman bambunya.
Bambu
merupakan material yang dibandrol dengan harga relatif murah. Rata-rata harga
bambu saat ini berkisar antara Rp8.000 hingga Rp15.000 per batang tergantung
kualitas. Coba bandingkan dengan harga
kayu ukuran
reng dan usuk saja, selisihnya sudah setengahnya. Itulah kenapa bambu bisa
menjadi salah satu material yang direkomendasikan untuk menghemat budget
pembangunan.
Bentuknya
yang tidak padat alias memiliki rongga di dalamnya otomatis membuat bambu
memiliki bobot yang lebih ringan daripada material-material yang lain. Hal ini
memungkinkan distribusinya bisa dikerjakan lebih mudah, pun demikian dengan
pemasangannya. Bambu juga gampang dibentuk sesuai keinginan penggunanya.
Bambu
adalah bahan bangunan yang memiliki tingkat elastisitas yang tinggi. Material
ini bisa mempertahankan kedudukannya dengan baik. Hal ini pula yang menjadikan
bambu sebagai material terbaik untuk bangunan yang berdiri di daerah-daerah
rawan gempa. Kalaupun bangun rubuh, bobot bambu yang ringan tidak begitu
membahayakan penghuni bangunan tersebut. Salah satu alasan kenapa bambu
termasuk bahan yang ramah lingkungan yaitu bambu mudah sekali hidup di suatu
tempat. Tingkat pertumbuhannya pun tergolong yang paling cepat di dunia. Bambu
yang layak digunakan biasanya berusia antara 3-5 tahun.
Bambu
mempunyai tingkat kuat tarik yang setara dengan baja berkualitas sedang pada
berat jenis yang sama. Bahkan bambu yang sudah diawetkan terlebih dahulu
diklaim sangat kokoh untuk dijadikan kolom
bangunanbertingkat. Perlu diketahui, kabar hebatnya bambu
dalam menopang bangunan sudah lama tersiar di masyarakat Indonesia terbukti
dari banyaknya bangunan-bangunan kuno yang menggunakan bambu sebagai
penopangnya. Bagi pecinta desain natural alami, bambu adalah opsi yang terbaik.
Bagaimana tidak karena kesan alami yang dapat ditimbulkan dari material ini
begitu kuat. Untuk dekorasi, bambu biasanya dihadirkan dalam bentuk perabotan,
hiasan dinding, aksesoris, dan lantai.
Karena
langsung dari alam dan bukan buatan pabrik, karakteristik bambu tidak pernah
sama. Diameter yang berbeda-beda memerlukan ketelitian dalam proses seleksi
bambu tahap awal. Coba perhatikan, jarak ruas di bambu pun tidak pernah sama
dari bagian ujung sampai pangkal. Hal ini menyebabkan kesulitan tersendiri
dalam memadukan bambu-bambu secara harmonis. Kendati tergolong material yang
kuat, bambu memiliki kelemahan pada detail sambungannya. Sambungan antar-bambu
yang membentuk struktur mempunyai tingkat kesulitan yang rumit. Sehingga
diperlukan penguasaan bambu yang mendalam sebelum dapat menggunakannya dengan
baik. Rayap juga dikenal suka sekali menggerogoti bambu. Jika sudah diserang,
tentu kekuatan bambu akan berkurang drastis dan cepat rusak. Solusi mengatasi
kejadian buruk ini adalah dengan mengoleskan cairan anti-rayap di permukaan
bambu secara berkala.
6. Miselium
Miselium
adalah sejenis jamur dan saat ini bisa menjadi salah satu bahan bangunan dengan
cara ditumbuhkan di sekitar bahan-bahan organik seperti batang jerami dan
lain-lain. Setelah jamur tumbuh dan menjadi bentuk yang sesuai keinginaan,
jamur ini kemudian dikeringkan sehingga menjadi batu bata yang kuat. Beberapa
ahli mencampurkan Miselium dengan karton dan menuangkannya ke dalam
gulungan pita katun berbentuk tabung. Ketika Miselium tumbuh, ia akan
mengikat seluruh material yang lain seperti lem.
Tabung-tabung
tersebut ditempakan di dalam rumah kaca berventilasi selama empat minggu untuk
tumbuh dan menguat. Proses ini mengubah limbah organik menjadi nutrisi untuk
pertumbuhan miselum. Struktur tersebut juga bebas limbah karena
100% biodegradable.
Jamur Miselum
yang tumbuh pada struktur tersebut dapat dipanen untuk dikonsumsi. Vesaluoma
sendiri membayangkan bahwa material tersebut digunakan untuk membangun sebuah
restoran “pop up” (restoran yang dibangun temporer) yang menyediakan menu
dengan bahan dasar jamur.
BAB
V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Jadi, penggunaan beton sebagai bahan
bangunan dapat kita ganti dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan serta berada
di dekat kita. Dan bahan-bahan ini pun bersifat ramah lingkungan tanpa
merugikan alam, contohnya penggantian beton dengan Miselum. Dimana Miselum ini
terbuat dari hifa jamur yang dikeringkan. Begitu pula dengan beton dari jerami, dimana jerami
ini memberikan keuntungan bagi kita, karena bahan jerami yang ringan dan juga
dapat menyerap getaran, sangat cocok bagi wilayah yang rawan gempa.
b. Saran
Sebaiknya inovasi material pengganti
beton yang ramah lingkungan sudah seharusnya diterapkan dalam ruang lingkup
yang luas. Misal, pembangunan rumah susun dengan dinding yang terbuat dari
jerami, atau memanfaatkan bahan-bahan yang hasilnya dua kali lipad dari beton
biasa (bersifat sustainable). Karena semakin
kreatif suatu inovasi dapat diimplementasikan secara menyeluruh. Semua orang
pasti akan tertarik untuk mengikutinya. Jangan sampai bahan pengganti beton
yang ramah lingkungan ini menjadi susah didapat dan mahal bagi masyarakat
Indonesia. Ditambah lagi dengan kelebihan-kelebihan yang pengganti beton yang
sangat menguntungkan bagi kehidupan manusia, misalnya ramah lingkunga, biaya
murah dan bahan dapat ditemukan dengan mudah di alam.
Daftar
Pustaka
·
"nature-friendly". Webster's
New Millennium Dictionary of English, Preview Edition (v 0.9.7). Lexico
Publishing Group, LLC.
·
Motavalli, Jim (2011-02-12). "A
History of Greenwashing: How Dirty Towels Impacted the Green Movement". AOL.
·
"Grønvaskere
invaderer børsen" [Greenwashers invade the market]. EPN.dk (dalam
Danish). Jyllands-Posten. 2008-06-21.
·
Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton.
Jakarta:Penerbit Andi.
·
Brook, K.M. dan Murdock, L.J.
1979. Bahan dan Praktik Beton. Jakarta:Penerbit Erlangga.
Gambar
1. 1 Blok Miselium Gambar
1.2 Blok Hempcrete
Gambar
1.3 Dinding Bambu
Gambar
1.4 Batang Jerami
Gambar
1.5 Tanah yang dipadatkan
Tentang
Penulis :
1. Ketua
Tim :
Nama : Anugrah Dwi Kusuma
Desak
Tempat/tggl lahir :
Singaraja, 16 juni 2000
Karya ilmiah yang pernh
dibuat : Karya ilmiah kenakalan remaja, Kelautan dan perikanan, Pemanfaatan Media
Sosial Dalam Integrasi Nasional, Inovasi material bangunan ramah lingkungan
2. Anggota
1 :
Nama : Ni Ketut Sri Catur
Wati
Tempat/tggl lahir :
Singaraja, 2 November 1999
Karya ilmiah yang pernah
dibuat : -
3. Anggota
2 :
Nama : Haliza Nur
Fitriani
Tempat/tggl lahir : ND,
11 Januari 2001
Karya ilmiah yang pernah dibuat : :
Karya ilmiah kenakalan remaja, Kelautan dan perikanan, Pemanfaatan Media Sosial
Dalam Integrasi Nasional, Inovasi material bangunan ramah lingkungan
halo ka boleh minta link downloadnya?
ReplyDelete