FILE WORD BISA DI DOWNLOAD disini
ESAY MENANG LOMBA JUARA 3 NASIONAL
Persahabatan Abadi
dari Mekar Bunga Kimilsungia
Barangkali
hanya sedikit orang Indonesia yang mengetahui bunga Kimilsungia. Benar, bunga
ini sangat jarang menjadi topik diskusi masyarakat Indonesia pada umumnya. Tetapi,
siapa sangka bahwa bunga Kimilsungia menyimpan kenangan hubungan diplomatik
yang teramat indah antara Presiden pertama Republik Indonesia yakni, Ir.
Soekarno dengan Kim Il-sung, pemimpin besar Republik Rakyat Korea Utara. Bunga
inilah yang melatarbelakangi eratnya hubungan Korea Utara dengan Republik
Indonesia. Hal ini tentunya menjadi cikal bakal hubungan yang unik antara kedua
belah negara. Kita semua tahu bahwa bunga adalah sesuatu yang harum dan sangat
manis dijadikan pengungkap isi hati.
Indonesia sudah membina
hubungan yang relatif baik dengan Korea Utara sejak diresmikan tahun 1961.
Salah satu faktor suksesnya hubungan ini adalah kedua negara tidak saling
mencampuri urusan dalam negerinya. Memang
cukup membingungkan, bagaimana bisa bunga menjadi simbol persahabatan. Persahabatan
nan indah yang diawali dengan kunjungan diplomatik Presiden Korea Utara Kim
Il-sung ke Indonesia pada 13 April 1965 untuk merayakan 10 tahun Konferensi
Asia-Afrika. Ketika itu, Ir.Soekarno mengajak Kim
Il Sung menikmati beraneka ragam jenis tanaman di Kebun Raya Bogor yang
merupakan tempat tumbuhnya berbagai jenis tanaman, bunga dan pohon.
Di tengah menikmati indahnya bunga yang bermekaran, Kim
Il-sung terpaku kepada satu deretan anggrek jenis dendrobium asal Makassar.
Kemudian, Bung Karno dengan segera memberikan bunga tersebut kepada Kim Il-sung
sebagai hadiah ulang tahunnya. Pada saat itulah, bunga tersebut diberi nama
“Kimilsungia” yang diambil dari perpaduan nama Kim Il-sung dan Indonesia. Akhirnya,
bunga Kimilsungia diabadikan sebagai bunga nasional Korea Utara yang disebut
sebagai “bunga abadi” oleh rakyat Korea Utara, sekaligus sebagai simbol
persahabatan Indonesia dan Korea Utara.[1]
Diplomasi bunga ini tentu memegang andil yang besar dalam
eratnya hubungan Indonesia dengan Korea Utara. Tapi dibalik itu semua, banyak
ujian yang terus menggerus pasak hubungan baik kedua belah negara. Diawali
dengan peristiwa pilu yang amat menyayat hati rakyat Indonesia yakni, peristiwa
G / 30 S / PKI 1965 yang secara tidak langsung membuat rakyat Indonesia membenci
segala sesuatu yang berhubungan dengan “Komunisme”.
Lambat laun di era reformasi, kejadian pilu itu mulai
tersimpan di dalam sanubari masyarakat Indonesia. Hal ini dibarengi dengan
sadarnya masyarakat Indonesia untuk menjaga ideologi Pancasila sebagai pedoman
dasar kehidupan berbangsa dan bernegara di negaranya. Inilah yang menjadikan
masyarakat Indonesia lebih terbuka dan menganggap komunisme sebagai ideologi,
pandangan serta keyakinan negara lain yang patut dihormati dan dihargai. Slogan
“Bhinneka Tunggal Ika” yang mendarah daging di jiwa seluruh tumpah darah
Indonesia juga membuat kita dapat berdamai dengan perbedaan.
Menurut BBC World Service Poll
tahun 2013, 42% penduduk Indonesia memandang Korea Utara secara positif,
sementara 22% lainnya memiliki pandangan negatif. Persentase opini baik
Indonesia terhadap Korea Utara adalah yang kedua tertinggi di dunia setelah
Ghana.[2] Minimnya informasi
mengenai Korea Utara bagi kalangan muda Indonesia untuk membuat rasa ingin tahu
semakin meningkat. Ketidaktahuan kalangan muda Indonesia tersebut
sebenarnya tidak mengejutkan mengingat bahwa Korea Utara membatasi akses masuk
maupun keluar, baik untuk warga negaranya sendiri maupun warga asing.
Meski secara ideologi maupun
kepentingan sudah semakin jauh dan memiliki visi misi yang berbeda, hingga saat
ini Indonesia tetap menjadi salah satu satu dari sedikit negara di dunia yang
terhitung dekat dengan Korea Utara. Kita semua tahu bahwa Korea Utara adalah
salah satu negara yang amat tertutup di dunia. Bahkan, dari sekian banyak
negara di dunia hanya ada 24 negara yang memiliki ijin untuk mendirikan
kedutaan disana. Salah satunya adalah Indonesia.
Selain pihak Pyongyang yang punya kedutaan di Jakarta, Indonesia juga punya
kedutaan resmi di Pyongyang. Kedamaian
Indonesia dan Korea Utara terus dipupuk dengan kerjasama bilateral yang erat
dalam bidang ekonomi, politik maupun kebudayaan.
Di luar keharmonisan era Soekarno dulu, hubungan Indonesia
dan Korea Utara memang penuh pasang surut. Terutama pada masa Orde Baru dimana
Indonesia sangat dekat dengan kekuatan kapitalis seperti Amerika Serikat. Pada
masa kepimpinan Megawati, hubungan kedua negara ini kembali menghangat dengan
kunjungan Megawati ke Pyongyang.[3] Pada era
Susilo Bambang Yudhoyono, Marty Natalegawa selaku Menteri Luar Negeri Indonesia
beberapa kali mengunjungi Korea Utara. Pihak Korea Utara pun tercatat melakukan
sejumlah kunjungan resmi ke Indonesia.[4] Bahkan
pada tahun 2015 yang lalu, Indonesia dan Korea Utara mengeluarkan prangko
bersama untuk memperingati perayaan 50 tahun bunga ‘Kimilsungia‘ yang
juga disebut bunga abadi.[5]
Walau banyak tuntutan
dari berbagai negara supaya Indonesia bersikap lebih ‘keras’ terhadap Korea
Utara, namun Indonesia tetap kokoh mempertahankan posisinya untuk tidak
mengisolasi atau mengasingkan negara manapun di dunia. Mungkin sebagai bentuk
apresiasi akan posisi tersebut dan kenangan masa lalu yang dimiliki dua negara,
pada tahun 2015 kemarin Indonesia dan Korea Utara bersama-sama meluncurkan
edisi prangko spesial untuk memperingati 50 tahun bunga ‘Kimilsungia‘
yang dikenal luas oleh warga Korea Utara sebagai bunga abadi.
Pemerintah Korea Utara saat
ini juga mengoperasikan restoran
Pyongyang di Jakarta. Restoran
ini menyajikan masakan Korea Utara dan pengalaman makan yang otentik.
Restoran Pyongyang berusaha mempromosikan Korea Utara sekaligus menjadi sumber
devisa asing bagi pemerintah Korea Utara. Sayangnya nama baik
restoran ini juga ikut terseret karena kasus pembunuhan Kim Jong-nam di
Malaysia pada tahun 2017. Restoran Pyongyang ini disebut-sebut sebagai tempat
koordinasi dan perencanaan intelijen para agen rahasia yang akhirnya bisa
membunuh kakak tiri dari pemimpin tertinggi Kim Jong Un tersebut. Pembunuhan
ini juga menyeret tenaga kerja asal Indonesia, Siti Aisyah yang menyebabkan
hubungan Indonesia dan Korea Utara mulai memanas.
Hubungan persahabatan nampaknya kembali diuji oleh
permasalahan yang sewaktu-waktu bisa memecah belah kedamaian mekar bunga
Kimilsungia antar kedua negara ini. Tapi, permasalahan ini segera meredam dan
seakan tidak mampu membendung kuatnya persahabatan. Indonesia dengan Korea
Utara. Permasalahan ini justru membuat masyarakat Indonesia lebih ingin
mengenal Korea Utara secara lebih detail. Bahkan, video blog (Vlog) dari
Youtuber yang bernama Jaka Parker (Fotografer Indonesia yang sedang berada di
Korea Utara)[6] sebagian besar videonya ditonton
oleh lebih dari 1 juta pengguna Youtube karena berisi konten yang memuat
kehidupannya di Korea Utara.
Memang benar tidak ada yang dapat menghalau rasa
keingintahuan manusia. Dan inilah yang dialami masyarakat Indonesia. Rasa ingin
tahu yang tinggi terhadap Korea Utara. Hal ini tentunya sangat positif bagi
keharmonisan antara Indonesia dan Korea Utara karena penduduk Indonesia sudah
mau terbuka dan ingin mengetahui Korea Utara secara lebih dekat dan lebih
detail lagi dengan tidak memandang ideologi masing-masing pihak.
Mengetahui keadaan ini, pemerintah Indonesia seharusnya
bekerjasama lebih banyak di bidang pendidikan terhadap Korea Utara. Kerjasama
yang dimaksud adalah saling bersinerginya kedua belah pihak untuk mengadakan
program pertukaran pelajar atau studi singkat bagi siswa maupun mahasiswa
secara gratis dan aman. Secara teknis, pelajar Indonesia dikirim ke salah satu
sekolah di Korea Utara, begitu juga dengan pelajar Korea Utara. Hal ini
diperlukan untuk menjaga pemikiran positif rakyat Indonesia terhadap Korea
Utara yang santer mendapat isu-isu negatif dari negara-negara kapitalis. Jika
kaum pelajar telah diberikan kesempatan untuk selangkah lebih maju dengan
pendidikan serta mengetahui kebudayaan negara lain, otomatis tidak akan mudah
terpengaruh oleh isu-isu politis yang menyesatkan dan keharmonisan kedua belah
negara akan tetap terjaga.
Bukan hanya di bidang pendidikan, kerjasama seharusnya lebih
ditekankan pada sektor kebudayaan. Diawali dengan pertukaran pelajar,
pertukaran seniman juga akan sangat dibutuhkan untuk lebih memperkenalkan
budaya Indonesia kepada rakyat Korea Utara dan begitupula sebaliknya. Sehingga,
rakyat Korea Utara yang semula tidak tahu menahu tentang Indonesia, menjadi
tahu sekaligus terhibur dengan kebudayaan Indonesia. Begitu juga dengan seniman
Korea Utara yang juga mengenalkan serta mempertunjukan kebudayaannya kepada
masyarakat Indonesia.
Harus diakui hubungan kedua negara di bidang pendidikan dan
kebudayaan muncul sebagai aspek dari hubungan bidang ekonomi, sosial, budaya,
dan politik. Berjalannya proses kerjasama timbal-balik di bidang kebudayaan dan
pendidikan menyebabkan semakin meningkatnya rasa persaudaraan serta
kefamiliaran antar masyarakat di kedua negara. Yang terpenting dari semua itu
adalah bagaimana keharmonisan dan persahabatan yang erat dapat terjaga di dalam
kerjasama yang positif, konstruktif, sekaligus menjadi ‘pupuk’ bagi ‘kesuburan’
bunga Kimilsungia yang selama ini menjadi perekat dan simbol persahabatan abadi
antara Indonesia dan Korea Utara.
Lampiran
Nama :
Desak Anugrah Dwi Kusuma
Alamat :
Jalan WR. Supratman No. 161 B, Singaraja, Bali, Indonesia
Umur :
17 Tahun
Pekerjaan :
Pelajar SMA
Nomor Telepon :
087 762 399 153
[1] Jill Reilly
(15:36 GMT, 18 April 2012). "Here's
us with the Kims: North Koreans flock in their thousands to celebrate 100th
anniversary of founding father's birth... with a happy snap in front of massive
portrait". Daily Mail Online. Diakses
tanggal 6 June 2013.
[2] http://www.globescan.com/images/images/pressreleases/bbc2013_country_ratings/2013_country_rating_poll_bbc_globescan.pdf
[3] "Megawati
embarks on Asian tour". BBC. Sunday, 24 March 2002, 07:48
GMT. Diakses tanggal 6 June 2013.
[4] Bagus
BT Saragih (Mon, May 14, 2012, 8:17 AM). "Human
rights concerns cloud North Korea’s leader visit to RI".
The Jakarta Post. Diakses tanggal 6 June 2013.
0 komentar:
Post a Comment