Pesona Indah Tanah Lot
Betapa senangnya
aku, Ulangan Akhir Semester telah usai dan sekolah memberikan libur selama 2
minggu. Pada liburan kali ini, aku, bersama keluargaku berwisata ke Tanah Lot
selama 2 hari, yakni tanggal 27 Desember 2017 hingga 28 Desember 2017. Oke deh, biar gak basa-basi, aku ceritain aja ya guys !
Aku berangkat
dari kediamanku, Kota Singaraja pada pukul 08.00 WITA tanggal 27 Desember 2017.
Pada saat itu, Ayahku memilih untuk melewati jalur penuh lika-liku, yakni
Gitgit. Memang, sangat seru karena rasanya seperti berada di sirkuit F1. Aku
sekeluarga tidak hanya berada di mobil saja, melainkan juga sempat berhenti
untuk makan bakso, membeli durian, dan membeli minuman bersoda guna menghindari
mabuk kendaraan. Pada pukul 11.30 WITA, tibalah aku di Kota Tabanan. Untuk bisa
sampai ke Tanah Lot, diperlukan waktu sekitar 45 menit lagi. Aku sudah sangat
tidak sabar untuk memijakkan kaki di kawasan wisata ini.
Karena situasi
yang sedikit macet, perjalanan kembali mengalami perlambatan sekitar 15 menit. Di
sepanjang perjalanan menuju Tanah Lot, tepatnya di Desa Beraban, Kediri,
Kabupaten Tabanan, Bali ini, aku melihat banyak sekali wisatawan mancanegara
yang berlalu-lalang, berjalan kaki dengan backpack
dan kamera mereka. Memang, tersedia jalan setapak khusus di kawasan wisata ini.
Jalan setapak dan wisatawan di kawasan wisata Tanah Lot |
Di setiap
pinggirnya ada toko pernak-pernik maupun oleh-oleh khas Bali yang memukau.
Banyak sekali turis Asia yang berhenti di pinggiran jalan untuk membeli
pernak-pernik tersebut. Selain harganya relatif murah-murah, kualitasnya juga gak kalah saing kok.
Pernak-pernik |
Kemudian, aku
segera menuju ke hotel yang berada di kawasan wisata Tanah Lot. Aku sekeluarga
memindahkan barang-barang bawaan dari bagasi mobil ke kamar hotel. Ini memakan
waktu cukup lama. Setelah semuanya beres, aku menoleh jam yang sudah
menunjukkan pukul 14.30 WITA. Dan aku capek banget.
Sehingga, aku memutuskan untuk tidur siang. Sebelumnya, aku sudah membuat
perjanjian dengan kakak agar dia mau merekamku ketika aku berjalan-jalan di
sekitaran kawasan wisata Tanah Lot setelah tidur siang.
ZZZZZZZZZZZZZZZZZZ (*tidur sound vfx)
Aku terbangun
dari tidur siang! Ku tengok jam dinding. Sudah pukul 16.45 WITA. Segera aku
membangunkan kakak, merengek-rengek agar merekamku saat berjalan-jalan. Tapi
dia masih tidur dengan lelapnya. Aku tidak mau kehilangan momen indah matahari
tenggelam di Pantai Tanah Lot. Jadi, aku segera mengambil kamera, dan bergegas
menuju ke Pantai Tanah Lot.
Mungkin readers
banyak yang bingung dengan penjelasanku. Tanah Lot itu berupa kawasan wisata
yang didalamnya terdapat spot-spot
wisata. Pura Tanah Lot berada di Pantai Tanah Lot yang merupakan bagian dari kawasan
wisata Tanah Lot. Begitulah penjelasan singkatnya.
Aku melewati
jalan setapak, toko pernak-pernik khas Bali, dan banyak turis mancanegara untuk
menuju ke pantai tersebut. Perjalan dari Hotel yang ku tempati menuju ke Pantai
Tanah Lot kurang lebih memakan waktu 10 menit. Tujuan sudah dekat, aku
mengaktifkan kamera yang telah ku gelungkan di leher sebelumnya. Ku foto
keadaan sekitar, dan merekamnya. Pantai Tanah Lot sudah berada di depan mata !
Pantai ini
sungguh indah dengan ombak menggulung dan hamparan batu karang yang siap
menahannya. Setiap hempasan ombak ke pantai ini laksana rindu yang
berkepanjangan. Bagai harapan besar yang datang dari air laut, mereka beriringan
untuk cepat sampai di pantai guna melepas rindu. Namun, apa daya, rindu itu
tertahan oleh hamparan batu karang, tapi ada pula yang berhasil ketepian dan
membasahi kakiku.
Tidak ada yang
merekamku, tidak ada yang memotoku ! Aku sungguh sedih di tengah keramaian dan
suara deburan ombak yang seakan memecah kesunyian ini. Ramai ? Sangat ramai.
Hingga akhirnya aku memutuskan untuk meminta bantuan kepada orang-orang asing
yang berada di sekitarku. Aku memberanikan diri dan meminta pertolongan dengan
bertindak seperti bukan orang Bali, bahkan menggunakan logat Jakarta. Aku
menghampiri wisatawan yang kemungkinan besar sebaya denganku dan berparas
lokal.
“Permisi, lo
dari Indonesia ? Orang Indonesia ?” tanyaku.
“Iya.” jawabnya.
“Bisa gak,
tolongin gue, rekamin aja gue dari belakang, gue sambil jalan menghadap Pura
Tanah Lot yang diseberang situ. Bisa gak ?” tanyaku lagi.
“Hmm.. gimana
ya. Sama kakak gue aja yak. Itu tuh, panggil aja” jawabnya.
Aku menanyainya
pertanyaan yang sama. Dan dia menyanggupinya. Ku rasa dia orang Surabaya karena
logatnya yang sama persis dengan temanku dari Surabaya. Tapi, who knows ?
Dia memoto dan
merekamku. Poseku sedikit canggung, karena aku merasakan pandangan dari banyak
mata. Aku menaiki salah satu batu karang yang lumayan tinggi, menghadap ke Pura
Tanah Lot, dan membelakangi kamera. Lalu, kuucapkan terimakasih atas kebaikan
hatinya memotoku.
Setelah berada
di seberang Pura Tanah Lot, aku berkeinginan untuk melanjutkan perjalanan.
Hingga tibalah aku di goa Ular Suci. Disana ada seorang penjaga. Jika ada yang
ingin masuk dan melihat ular tersebut, kita harus memberikan upah secara
sukarela baik berupa sesajen maupun uang. Warna ular tersebut
hitam-putih-hitam-putih. Banyak sekali ular, tapi mereka muncul di waktu-waktu
tertentu.
Waktu sudah
menunjukkan pukul 17.45 dan aku melihat matahari tenggelam di Pantai Tanah Lot
! Percikan sinar mentari tenggelam membuat langit dan seisi lautan menjadi
berwarna kuning cerah. Semua wisatawan berbondong-bondong berfoto di atas batu
karang. Bunyi peluit penjaga pantai pun seringkali ku dengar, karena ada banyak
wisatawan yang berdiam di zona bahaya. Mungkin karena saking antusias dalam
mengambil foto saat matahari tenggelam berlangsung. Pokoknya, apa yang ku lihat
itu susah untuk dituangkan dengan kata-kata. Sangat indah, bagai surga. Apalagi
ketika sinar mentari tenggelam memancar Pura Tanah Lot, jadi terlihat seperti
rumah ajaib yang bersinar kuning cerah di film-film animasi Disney !
Matahari sudah
sepenuhnya tenggelam, menandakan waktu petang tiba. Jam sudah menunjukkan pukul
19.00 WITA. Aku segera bergegas ke kamar hotel. Di pertengahan jalan, ada
petugas yang menjual tiket pementasan Tari Kecak. Setiap malam, sekitar jam
21.00-22.00 pasti diadakan tarian Kecak di kawasan wisata Tanah Lot. Kali ini,
di ruang auditorium hotel yang aku tempati. Banyak turis asing yang
menontonnya. Aku jadi cinta banget
sama budaya Bali. Karena, budaya Bali sungguh diminati oleh wisatawan dari
mancanegara. Pingin rasanya bisa melakukan tari Kecak dan mementaskannya di
luar negeri.
Sesampainya di
kamar hotel, aku menanyai posisi kakak. Ternyata, dia mencariku ke Pantai Tanah
Lot. Tapi, 10 menit kemudian, dia kembali. Sehingga, tidak ada lagi yang ku
pikirkan selain mandi. Aku mandi dan memutuskan untuk berjalan-jalan lagi di
sekitaran jalan setapak. Sesekali aku berhenti untuk melihat pernak-pernik khas
Bali. Aku berjalan terpisah dengan keluarga. Dan aku mengharapkan agar segera
bertemu dengan mereka.
Ini sudah malem
banget. Sekitar pukul 21.30 WITA. Di perjalanan aku bertemu dengan keluargaku
yang sedang berjalan-jalan di sekitaran pantai. Udaranya sangat sejuk dan
bersih disertai dengan deburan ombak yang memecah kesunyian malam. Sangat cocok
untuk dijadikan tempat menenangkan diri. Di malam hari ini, aku juga
bersembahyang di beberapa Pura di kawasan Tanah Lot, yakni Pura Batu Bolong dan
Pura Batu Mejan. Ada pohon yang sangat besar sekali dan berambut-rambut banyak
disana. Ketika aku foto, ternyata pohon ini memiliki sisi artistik yang sangat
bagus.
Pura Batu Bolong. |
Pohon tua di areal Pura Batu Mejan. |
Setelah berjalan-jalan, aku
sekeluarga kembali ke kamar hotel. Lalu, tidur dengan nyenyak bersiap menyambut esok yang cerah.
Keesokan
harinya, tanggal 28 Desember 2017, sekitar jam 06.00 WITA aku dibangunkan oleh
Ayah dari tidurku. Kemudian, beranjak ke kolam renang dan mandi disitu bersama
kakak, ibu serta bibi. Lalu, aku membasuh tubuhku di kamar mandi. Setelah itu,
Ayah mengajakku untuk berjalan-jalan ke pantai. Aku sangat antusias untuk
melihat keadaan pantai Tanah Lot di pagi hari. Suasananya cukup sepi. Belum banyak
ada wisatawan yang berlalu-lalang. Disinilah aku melihat situasi yang sangat
tenang dan damai. Aku juga mengetahui alasan kenapa salah satu Pura disana
disebut “Pura Batu Bolong”, karena sebelumnya aku kesitu pada malam hari, jadi gak keliatan bolong (lubang) nya
dimana. Aku berjalan hingga di ujung pantai dan kembali lagi. Selain untuk
menenangkan diri, tempat ini juga bagus untuk berolahraga pagi.
Berjalan-jalan di sekitaran Pantai Tanah Lot pada pagi hari. |
Pura Batu Bolong dari jauh. |
Sekitar pukul
08.00 WITA, aku dan Ayah kembali ke hotel dan makan pagi disana. Kami
berbincang-bincang di ruang makan cukup lama. Setelah makan pagi, aku packing barang-barang lagi untuk bersiap
pulang ke Singaraja.
Makan pagi. |
Pada pukul
11.30, aku pulang dengan wajah berseri-seri tanda betapa senangnya aku berlibur
di Tanah Lot. Sungguh tempat wisata yang tidak akan pernah terlupakan dan Tanah Lot ini recommended banget untuk dikunjungi !
0 komentar:
Post a Comment