Cerpen Romantis 1
Z SCIENCE
Semua orang menyangka James itu gila. Dia selalu melakukan eksperimen yang tidak jelas. Mungkin kau bisa membayangkanya seperti seorang ilmuwan yang berkacamata dan raut muka yang sangat datar. Dulu saat pertama berada di kampus ini, ia membuat sebuah karya yang sangat konyol yaitu pil peredam bau kentut dan juga suaranya. Memang setelah itu karyanya tersebut langsung menjadi sensasi sekampus dan banyak mahasiswa yang menginginkanya.
Hari ini, ia sedang mempersiapkan eksperimenya yang menurutnya cukup hebat. Dia ingin menciptakan sebuah injeksi penjinak binatang buas. Singa yang ganas bisa berubah menjadi anjing yang penurut dan setia kepada tuannya seperti Hachiko. Ia mencampurkan darah ras anjing dari Hachiko dan beberapa bahan kimia lainya. Sekarang ia sedang di lab sendirian, dia sibuk mengerjakan eksperimenya itu. Dan tiba tiba saat ia ingin mencampurkan cairan kimia yang terakhir, dia merasa mules dan suara ledakan kecil pun terdengar “BRUUT!”, aku yakin kalian sudah dapat menebaknya. Itu bukanlah ledakan dari campuran kimia seperti di TV TV itu, tetapi..
“Tadi pagi gue habis makan apa yak ok baunya aneh gini. Aduh kebelet ke WC lagi.”
Pekik James yang langsung lari menuju WC, di perjalanan dia masih sempat meminum pil kentutnya. Ah, ingatan James sangat hebat sekali.
“Tadi pagi gue habis makan apa yak ok baunya aneh gini. Aduh kebelet ke WC lagi.”
Pekik James yang langsung lari menuju WC, di perjalanan dia masih sempat meminum pil kentutnya. Ah, ingatan James sangat hebat sekali.
Setelah dari sana, James menyempatkan dirinya ke laboratorium pusat. Di sana ia sedang berdiskusi dengan seseorang. Dia adalah Daniel, senior yang paling jenius di kampus itu. Daniel juga adalah rekan belajar James. Di umurnya yang masih muda, ia sudah menjadi seorang kepala laboratorium biologi. Sudah sebulan terakhir James meminta bantuan kak Daniel untuk membantu keperluan eksperimenya. Mereka sudah sedikit akrab sekarang. Sesudah itu dia kembali ke labnya untuk mencampurkan cairan yang terakhir ke ramuanya tadi. Tetapi ia merasa baunya agak sedikit berbeda. Akan tetapi, ia tetap mencampurkanya. “Turung.. tung.. tung.. deng.. deng.. turung.. tung!!” jam masuk pun berbunyi. Dan ini saatnya James memamerkan karyanya itu ke kelas. Banyak perlengkapan yang mirip keperluan medis di dalam tasnya. Salah satunya adalah jarum suntik untuk menyuntikkan karyanya itu.
Suasana di dalam kelas tiba-tiba menjadi gaduh setelah James memasukinya. Mereka dengan antusiasnya berbisik-bisik satu sama lain.
“Kita lihat apa yang akan diperlihatkan olehnya hari ini hahaha!”
“Mungkin dia ingin membuat dosen killer menjadi jinak, ataukah membuatnya menjadi sekeren Leonardo De Caprio wkwkwk.”
“Mainan anak-anak mungkin, seperti Barbie yang bisa mengencaninya hahaha.”
Begitulah ocehan anak-anak di kelas itu. James tidak pernah menanggapinya karena itu hanya seperti cibiran netizen di sosial media saja. Hampir semua anak mengejeknya kecuali satu cewek yang betah berdiam di tengah kegaduhan itu. Meskipun dia duduk di samping James, tak pernah satupun pertanyaan James yang dijawab olehnya. Satu-satunya yang tidak menyukai karya-karya James adalah cewek itu. Karena dia tidak pernah membuat inovasi dalam karyanya yang membuat dia iri kepada James.
“Kita lihat apa yang akan diperlihatkan olehnya hari ini hahaha!”
“Mungkin dia ingin membuat dosen killer menjadi jinak, ataukah membuatnya menjadi sekeren Leonardo De Caprio wkwkwk.”
“Mainan anak-anak mungkin, seperti Barbie yang bisa mengencaninya hahaha.”
Begitulah ocehan anak-anak di kelas itu. James tidak pernah menanggapinya karena itu hanya seperti cibiran netizen di sosial media saja. Hampir semua anak mengejeknya kecuali satu cewek yang betah berdiam di tengah kegaduhan itu. Meskipun dia duduk di samping James, tak pernah satupun pertanyaan James yang dijawab olehnya. Satu-satunya yang tidak menyukai karya-karya James adalah cewek itu. Karena dia tidak pernah membuat inovasi dalam karyanya yang membuat dia iri kepada James.
Saat James duduk di kursinya ia merasa sesuatu yang ketinggalan.
“Oh iya hape gue ketinggalan di lab. Apalagi gue harus menghubungi seseorang.” Dengan muka yang panik dia bergegas mengambil hapenya, tetapi ia lihat dosen sedang dalam perjalanan ke kelasnya.
Tiba-tiba cewek itu menyodorkan hapenya ke arah James tanpa sepatah kata. James hanya melongo melihat tingkah cewek itu yang jarang sekali berinteraksi denganya.
“Ini buat apa? Nik. Eh namamu kalo nggak nggak salah Niken ya?” Secara spontan James berkata seperti itu dan menatap heran Niken.
“Telfon.” Niken menjawabnya dengan singkat.
“Thanks ya. Tumben lu ngomong.” Jawab James sambil tersenyum ringan. Lalu dia menelepon seseorang dari lab pusat untuk mengirimkan barangnya ke kelas.
“Oh iya hape gue ketinggalan di lab. Apalagi gue harus menghubungi seseorang.” Dengan muka yang panik dia bergegas mengambil hapenya, tetapi ia lihat dosen sedang dalam perjalanan ke kelasnya.
Tiba-tiba cewek itu menyodorkan hapenya ke arah James tanpa sepatah kata. James hanya melongo melihat tingkah cewek itu yang jarang sekali berinteraksi denganya.
“Ini buat apa? Nik. Eh namamu kalo nggak nggak salah Niken ya?” Secara spontan James berkata seperti itu dan menatap heran Niken.
“Telfon.” Niken menjawabnya dengan singkat.
“Thanks ya. Tumben lu ngomong.” Jawab James sambil tersenyum ringan. Lalu dia menelepon seseorang dari lab pusat untuk mengirimkan barangnya ke kelas.
Dosen pun datang ke kelas dan menyambut para mahasiswa. Tidak ada yang istimewa dari dosen itu. Kumis tebal, kulit rambutnya yang terlihat seperti lampu bohlam tetapi terlihat ada bundaran hitam kecil di atasnya yaitu tompel yang unik dan tak ketinggalan kacamata hitamnya yang membuatnya terlihat seperti Elvis Presley yang agak sedikit lebih aneh. Dia terkenal sebagai satu-satunya dosen yang menjadi fans dari inovasi yang dibuat James, tetapi dia menjadi guru killer terhadap murid lain.
Satu persatu, mahasiswa menunjukkan karya mereka. Karya mereka bervariasi, semuanya berhubungan dengan ilmu biologi karena mereka ada di fakultas biologi. Tetapi saat si pendiam Niken maju, dia tidak menunjukkan apapun. Dia hanya menunjukkan burung kakatuanya yang bisa bicara “I love you” berulang-ulang. Kemudian dosen itu memarahinya dan semua siswa menertawainya.
“Yang benar saja. Di sini bukan tempat untuk bercanda!”
“Saya tidak bercanda.”
“Lalu inikah yang disebut dengan karya?”
“Bisa, Katou! Ayo duduk, berjalan, menari dan menyanyi!”
Kakatua itu pun menuruti semua kata-kata Niken. Setelah itu mereka semua terkagum pada Niken yang bisa membuat kakatuanya bisa dilatih seperti anjing.
“Yang benar saja. Di sini bukan tempat untuk bercanda!”
“Saya tidak bercanda.”
“Lalu inikah yang disebut dengan karya?”
“Bisa, Katou! Ayo duduk, berjalan, menari dan menyanyi!”
Kakatua itu pun menuruti semua kata-kata Niken. Setelah itu mereka semua terkagum pada Niken yang bisa membuat kakatuanya bisa dilatih seperti anjing.
Setelah itu, James menunjukkan karyanya, semua temanya tidak sabar untuk melihat eksperimen dari James itu. Ada seseorang dari lab pusat yang membawakan buaya untuknya yang ditaruh di dalam sangkar. Setelah itu James menyuntikkan sesuatu kepada buaya buas itu. Kemudian buaya itu berwarna lebih hijau, dan setelah itu entah kenapa buaya itu menjadi sedikit konyol seperti karakter the mask yang tersenyum dan bersuara seperti anjing. Tetapi setelah itu buaya itu kembali menjadi buaya buas lagi. James sangat terkejut dengan karyanya yang tiba-tiba gagal seperti itu. Dosen pun memarahinya dan menyuruhnya keluar, teman-temanya di kelas pun tak henti-hentinya menertawainya.
Saat James sedih, ia mempunyai kebiasaan mengelilingi sekolah dan melihat-lihat setiap laboratorium di sana. Ia mempunyai ketertarikan yang spesial dengan laboratorium, apapun itu.
Tiba-tiba, ia teringat dengan kak Daniel yang tadi. Ia berniat untuk mengunjungi labnya. Tetapi kelihatanya kak Daniel sedang tidak ada di sana. Dia terkejut karena ia mendengar suara auman dari dalam kantor kak Daniel. Ia hanya berfikir kalau itu adalah harimau percobaan kak Daniel.
Saat ia ingin keluar dari laboratorium itu, ia mendengar suara lagi, tapi ini berbeda. Ini adalah suara seorang gadis.
Tiba-tiba, ia teringat dengan kak Daniel yang tadi. Ia berniat untuk mengunjungi labnya. Tetapi kelihatanya kak Daniel sedang tidak ada di sana. Dia terkejut karena ia mendengar suara auman dari dalam kantor kak Daniel. Ia hanya berfikir kalau itu adalah harimau percobaan kak Daniel.
Saat ia ingin keluar dari laboratorium itu, ia mendengar suara lagi, tapi ini berbeda. Ini adalah suara seorang gadis.
“Ssst. lu ngapain di sini?” bisik gadis itu yang James tidak melihat keberadaanya.
“Siapa kamu? Keluarlah!” Jawab James dengan sedikit kepanikan. Lalu ada tangan seseorang yang membekam mulut dan matanya lalu menyeretnya ke belakang. James sangatlah panik hingga orang itu melepaskanya.
“Gue nggak niat buat nyulik lu. Jangan berfikir kalo gue ini Jeff the killer ya. Kenalin, gue Rasti. Adiknya.. “ Tiba-tiba cewek itu menjadi ramah dan memperkenalkan dirinya kepada James. Tetapi, James memutusnya di tengah jalan.
“Adiknya kak Daniel kan? aku udah tau banyak tentang kamu darinya. By the way, di mana kakakmu?”
“Ternyata gue terkenal juga hehehe. Tenang aja. Dia sekarang lagi pergi ke pameran Sains di universitas sebelah. Sini aku bisikin sesuatu.” Sambil menarik telinga James. Kemudian Rasti membisikkan sesuatu.
“Aku ingin menunjukkanmu sesuatu. Monster yang luar biasa hahaha.” Bisik Rasti dengan nada bicaranya yang menakut-nakuti James.
Kemudian Rasti menarik tangan James ke belakang kantor kak Daniel itu. Dan kau tahu apa yang ditunjukkan oleh Rasti kepada James? Yup itu adalah tiga manusia yang diletakkan di dalam sebuah kurungan khusus yang bentuknya seperti kotak kaca bening, namun besar.
“Siapa kamu? Keluarlah!” Jawab James dengan sedikit kepanikan. Lalu ada tangan seseorang yang membekam mulut dan matanya lalu menyeretnya ke belakang. James sangatlah panik hingga orang itu melepaskanya.
“Gue nggak niat buat nyulik lu. Jangan berfikir kalo gue ini Jeff the killer ya. Kenalin, gue Rasti. Adiknya.. “ Tiba-tiba cewek itu menjadi ramah dan memperkenalkan dirinya kepada James. Tetapi, James memutusnya di tengah jalan.
“Adiknya kak Daniel kan? aku udah tau banyak tentang kamu darinya. By the way, di mana kakakmu?”
“Ternyata gue terkenal juga hehehe. Tenang aja. Dia sekarang lagi pergi ke pameran Sains di universitas sebelah. Sini aku bisikin sesuatu.” Sambil menarik telinga James. Kemudian Rasti membisikkan sesuatu.
“Aku ingin menunjukkanmu sesuatu. Monster yang luar biasa hahaha.” Bisik Rasti dengan nada bicaranya yang menakut-nakuti James.
Kemudian Rasti menarik tangan James ke belakang kantor kak Daniel itu. Dan kau tahu apa yang ditunjukkan oleh Rasti kepada James? Yup itu adalah tiga manusia yang diletakkan di dalam sebuah kurungan khusus yang bentuknya seperti kotak kaca bening, namun besar.
“Taraa! Ini yang aku mau tunjukkan kepadamu. “ Dengan raut ceria dan suara yang penuh antusias Rasti menunjukkanya kepada James.
“Kenapa.. me.. re.. ka menjadi seperti Singa? Mereka merang.. kak, me.. nga.. um?” James merasa sedikit takut dan terheran sehingga dia berbicara terbata-bata.
“Dia adalah manusia yang dianggap sebagai karya oleh kakakku. Mereka didesain untuk perang dunia nanti katanya.. hahaha tapi aku tidak percaya itu. Aku membencinya.” Tiba-tiba Rasti menjadi sedikit takut dan bersembunyi di belakang punggung James.
“Hah? Penciptanya kak Daniel? Tapi kenapa dia bisa berbuat sekeji ini?”
“Sejak kecil dia punya ambisi untuk membalaskan dendam ayah kami yang telah meninggal sebagai tentara. Ia ingin membuat orang menjadi berani dan ganas seperti Singa sehingga bisa mencabik-cabik lawanya. Dan kau tahu mereka bertiga adalah keluargaku. Huhuuuhuu apa yang harus aku lakukan.” Rasti menceritakan apa yang sebenarnya terjadi hingga tangisnya pecah. Ia terlihat seperti orang gila yang moodnya berubah tanpa sengaja. James hanya bisa melongo mendengarnya.
“Aku harus memberitahu semua orang soal ini! Ayo ikut aku!”
“Tidak! Lo duluan. Aku di sini ingin menjaga mereka.”
“Kenapa.. me.. re.. ka menjadi seperti Singa? Mereka merang.. kak, me.. nga.. um?” James merasa sedikit takut dan terheran sehingga dia berbicara terbata-bata.
“Dia adalah manusia yang dianggap sebagai karya oleh kakakku. Mereka didesain untuk perang dunia nanti katanya.. hahaha tapi aku tidak percaya itu. Aku membencinya.” Tiba-tiba Rasti menjadi sedikit takut dan bersembunyi di belakang punggung James.
“Hah? Penciptanya kak Daniel? Tapi kenapa dia bisa berbuat sekeji ini?”
“Sejak kecil dia punya ambisi untuk membalaskan dendam ayah kami yang telah meninggal sebagai tentara. Ia ingin membuat orang menjadi berani dan ganas seperti Singa sehingga bisa mencabik-cabik lawanya. Dan kau tahu mereka bertiga adalah keluargaku. Huhuuuhuu apa yang harus aku lakukan.” Rasti menceritakan apa yang sebenarnya terjadi hingga tangisnya pecah. Ia terlihat seperti orang gila yang moodnya berubah tanpa sengaja. James hanya bisa melongo mendengarnya.
“Aku harus memberitahu semua orang soal ini! Ayo ikut aku!”
“Tidak! Lo duluan. Aku di sini ingin menjaga mereka.”
James berlari dengan cemas. Dia berteriak di sepanjang jalan “Kita dalam bahaya! Ada percobaan manusia Singa!” ia menghampiri semua orang dan mengatakan itu dengan nafas yang terengah-engah. Banyak yang hanya menertawakanya. Sampai akhirnya ia masuk ke kelasnya dan meyakinkan semua orang.
“Pak! Maaf.. huuftt .. huufft saya.. lan.. cang. Di sana ada manusia harimau. Anda harus bertin.. dak!”
“Dasar bocah ini! Kenapa kau kembali ke sini! Pake nyebarin berita hoax lagi!” Dosen itu pun sangat marah dan membentak James.
“Lelucon apa lagi ini, hah?” Tanya teman-teman James sambil menertawakanya. Satu-satunya yang hanya terdiam mendengar ocehan James adalah Niken. Ia dengan serius melihat James berceloteh.
“Mereka ada di laboratorium biologi pusat! Cepat! Sebelum mereka kabur!”
“Hahaha! Di sana kan ada banyak Singa! Ini pertama kalinya lu lihat Singa ya?” ejek salah satu anak.
“Terserah kalian. Aku akan kembali untuk memastikan keadaan! Tetap di sini dan jaga diri kalian!”
“Hah, mungkin cita-cita menjadi anggota FBI nggak keturutan.. dasar bocah amis, eh autis.” Celoteh pak Dosen dengan santainya.
“Pak! Maaf.. huuftt .. huufft saya.. lan.. cang. Di sana ada manusia harimau. Anda harus bertin.. dak!”
“Dasar bocah ini! Kenapa kau kembali ke sini! Pake nyebarin berita hoax lagi!” Dosen itu pun sangat marah dan membentak James.
“Lelucon apa lagi ini, hah?” Tanya teman-teman James sambil menertawakanya. Satu-satunya yang hanya terdiam mendengar ocehan James adalah Niken. Ia dengan serius melihat James berceloteh.
“Mereka ada di laboratorium biologi pusat! Cepat! Sebelum mereka kabur!”
“Hahaha! Di sana kan ada banyak Singa! Ini pertama kalinya lu lihat Singa ya?” ejek salah satu anak.
“Terserah kalian. Aku akan kembali untuk memastikan keadaan! Tetap di sini dan jaga diri kalian!”
“Hah, mungkin cita-cita menjadi anggota FBI nggak keturutan.. dasar bocah amis, eh autis.” Celoteh pak Dosen dengan santainya.
James berusaha kembali ke laboratorium itu sambil mengawasi keadaan yang kelihatanya masih tenang-tenang saja. Tetapi ia merasa ada yang mengikutinya. saat ia menoleh ternyata itu adalah Niken. Dia terlihat berjalan santai sambil memasang headset dan jaket hitamnya. James mencoba mengawali pembicaraan dengannya
“Kau bisa keluar dari pelajaran si Joker itu?”
“Mm begitulah.”
“Ah senangnya hatiku kau menjawabnya. Ding dong! Satu untukku kosong untukmu wkwkwk!”
“Apaan. By the way aku percaya.”
“Lu percaya sama gue? Beneran?”
“e’em begitulah.”
“Kau bisa keluar dari pelajaran si Joker itu?”
“Mm begitulah.”
“Ah senangnya hatiku kau menjawabnya. Ding dong! Satu untukku kosong untukmu wkwkwk!”
“Apaan. By the way aku percaya.”
“Lu percaya sama gue? Beneran?”
“e’em begitulah.”
“Aaaaaarrghh!” Suara auman yang datang dari laboratorium itu.
“Hmm apakah kau kehilangan stok jawaban ya sekarang? Ups kita harus cepet lari ke laboatorium!”
“Hmm apakah kau kehilangan stok jawaban ya sekarang? Ups kita harus cepet lari ke laboatorium!”
Mereka berlari ke laboratorium secepat mungkin. Dan di sana ia tidak melihat Rasti. Niken terkagum melihat apa yang ada di penjara kaca itu. Makhluk di situ terlihat semakin marah dan semakin buas. Dia hanya bisa membuka mulutnya dalam waktu yang sedikit lama. Sontak, James menarik tangan Niken. Mereka bergegas menuju ruangan pribadi kak Daniel. Tetapi sayangnya pintunya terkunci. James sudah putus asa karena dia adalah pria yang tak berotot. Namun suara dari tendangan Niken yang mendobrak pintu itu mengagetkan James.
“Wow! What a strong girl! Ayo cepat kita masuk!” James terkagum dengan apa yang barusan Niken lakukan. Lalu Niken hanya mengangguk.
“Wow! What a strong girl! Ayo cepat kita masuk!” James terkagum dengan apa yang barusan Niken lakukan. Lalu Niken hanya mengangguk.
James berniat mencari cairan yang digunakan James untuk percobaanya itu. Niken juga ikut membantunya mencari sesuatu yang aneh di sana. Mereka tidak bisa menemukan apa-apa di sana. Saat mereka tengah kebingungan di ruangan itu, suara jeritan bercampur auman pun bercampur menjadi satu.
“Niken! Kau dengar itu? Apa jangan-jangan mereka sudah kabur?”
“Sepertinya begitu James. Tunggu apaagi ayo lari ke sana!” Dengan paniknya Niken menarik kedua tangan James seakan mencegahnya untuk kabur. Melihat itu, James masih bisa tersenyum tipis di dalam keteganganya.
“Niken! Kau dengar itu? Apa jangan-jangan mereka sudah kabur?”
“Sepertinya begitu James. Tunggu apaagi ayo lari ke sana!” Dengan paniknya Niken menarik kedua tangan James seakan mencegahnya untuk kabur. Melihat itu, James masih bisa tersenyum tipis di dalam keteganganya.
Mereka terkejut saat melihat apa yang terjadi di sekitar koridor kamus.
“Hai there! Apa yang kalian lakukan hehehe!” James melambaikan tangan kepada para manusia Singa itu yang mulut mereka penuh dengan darah. Ia membuat mereka terhenti sejenak saat menyantap para mahasiswa itu.
“Lu sendiri ngapain! Ayo lari!”
“Iya? Ta.. pi ke.. mana? Satu, dua, tiga, empat, li.. jumlah mereka bertambah!”
“Ayo tunggu apalagi! Ayo ke labmu saja! Terus kita kunci pintunya. Ayo!”
“Hai there! Apa yang kalian lakukan hehehe!” James melambaikan tangan kepada para manusia Singa itu yang mulut mereka penuh dengan darah. Ia membuat mereka terhenti sejenak saat menyantap para mahasiswa itu.
“Lu sendiri ngapain! Ayo lari!”
“Iya? Ta.. pi ke.. mana? Satu, dua, tiga, empat, li.. jumlah mereka bertambah!”
“Ayo tunggu apalagi! Ayo ke labmu saja! Terus kita kunci pintunya. Ayo!”
Mereka berlari terbirit-birit menuju labnya James. Mereka tidak peduli apa yang mereka injak. Banyak mayat yang bergelentangan di lantai sepanjang jalan. Dengan warna lantai yang berubah menjadi seperti darah. Niken tiba-tiba berteriak “Awas!” dia menendang seorang monster yang akan menerkan James dari belakang. Tetapi tidak cuma itu, di belakang Niken juga ada. James dengan segera memberitahunya dengan spontan ia memegang kepala Lion-man itu lalu membantingnya sampai leher makhluk itu serasa terpisah dari kepalanya. James bertepuk tangan melihat aksi Niken tadi.
Perjuangan mereka belumlah berakhir. Dia sekitar mereka ternyata terdapat puluhan Lion-man, bukan, tepatnya adalah Lion-zombos. Mereka bergegas berlari ke tempat mana saja. Kebetulan James melihat sebuah senapan angin di sebuah ruangan. Tetapi mereka sekarang terkepung oleh para kanibal. Dengan jurus-jurus Niken, mereka dapat melewatinya dan masuk ke dalam ruangan itu. Ada sebuah kepala makhluk mengerikan itu yang tersangkut di pintu.
“Apa yang ha.. rus kita lakukan dengan bangs*t ini?” kata James sambil menahan pintunya.
“Gampang! Lu minggir!” Lalu Niken menggorok leher makhluk bodoh itu menggunakan sebuah pinu hanya tersisa kepala mengerikan di dalam ruangan itu.
“Apa yang ha.. rus kita lakukan dengan bangs*t ini?” kata James sambil menahan pintunya.
“Gampang! Lu minggir!” Lalu Niken menggorok leher makhluk bodoh itu menggunakan sebuah pinu hanya tersisa kepala mengerikan di dalam ruangan itu.
“Sial! Kenapa juga kepala si Singa betina itu ada di sini. Tunggu. Sepertinya ini bisa menjadi bahan penelitian kita.”
“Ide bagus.”
“Ide bagus.”
Niken pun mencenceng kepala itu dan lalu menelitinya bersama James. Tetapi James serasa enggan menyentuhnya karena dia sedikit takut. Kepala itu mempunyai bola mata yang berwarna jingga dengan muka yang sedikit berbulu. James semakin berambisi untuk menemukan cairan yang disuntikkan kak Daniel kepada makhluk-makhluk itu. ia dan Niken berniat untuk menemukanya. Tetapi, tiba-tiba James teringat untuk membuat sebuah penjinak bagi mereka. Sampai sekarang ia masih penasaran kenapa eksperimenya tadi gagal.
“Aku harus membuat eksperimenku berhasil untuk membuat penawar bagi mereka. Mungkin ada yang salah dengan zat yang aku campurkan. Sebenarnya itu..” tiba-tiba Niken memotong pembicaraan James.
“Sebelumya.. mmm.. aduh.. aku.. me.. nukar cairanmu yang terakhir itu dengan slime hijau yang aku encerkan. Dan sekarang..”
“Apakah kau sedang bercanda? Sekarang di mana cairan yang sebenarnya hah?!” James membentak Niken dengan perasaan yang penuh kemarahan. Namun makhluk-makhluk buas yang ada di luar terdengar semakin menggila dan berisik. Hingga sirine kampus berbunyi. Mereka tidak menghiraukanya dan melanjutkan pertengkaran mereka.
“A.. ku menaruhnya di Labku. Ma.. af.” Niken sangat menyesal sambil menundukkan kepalanya.
“Oke nggak papa. Yang penting lu tadi udah nyelametin gue dari monster brengsek itu. sekarang apa yang harus kita lakukan?”
“Kita manfaatkan semua senapan itu saja. Kita ambil senapan sebanyak-banyaknya! Kita harus pelan-pelan sepertinya mereka sangat sensitif dengan suara”
“Sebelumya.. mmm.. aduh.. aku.. me.. nukar cairanmu yang terakhir itu dengan slime hijau yang aku encerkan. Dan sekarang..”
“Apakah kau sedang bercanda? Sekarang di mana cairan yang sebenarnya hah?!” James membentak Niken dengan perasaan yang penuh kemarahan. Namun makhluk-makhluk buas yang ada di luar terdengar semakin menggila dan berisik. Hingga sirine kampus berbunyi. Mereka tidak menghiraukanya dan melanjutkan pertengkaran mereka.
“A.. ku menaruhnya di Labku. Ma.. af.” Niken sangat menyesal sambil menundukkan kepalanya.
“Oke nggak papa. Yang penting lu tadi udah nyelametin gue dari monster brengsek itu. sekarang apa yang harus kita lakukan?”
“Kita manfaatkan semua senapan itu saja. Kita ambil senapan sebanyak-banyaknya! Kita harus pelan-pelan sepertinya mereka sangat sensitif dengan suara”
Mereka mengambil lima senapan dari ruangan itu. James serasa tulang punggungnya akan putus satu persatu karena tasnya penuh dengan senapan. Niken memegang senapan itu dengan gagahnya dan menendang pintu itu dan dengan membabi buta menembak para monster itu. Sementara itu, James terus mengotak ngatik pistolnya dan saat itu ada yang hampir menggigit bokongnya tetapi Niken dengan cepat menembaknya.
“Lu ngapain aja sih lama banget?”
“Ini aku nggak bisa. Berat banget ngaturnya.”
“Abaikan dulu serahin ke gue. Ayo lari!!”
Mereka pun berlari secepat dan dikelilingi oleh para macan manusia yang terus menggeram. Niken terus menembak mereka dengan dua senapan di tanganya. James tak bisa melakukan apa-apa selain berlari mengikuti Niken. Seluruh koridor kampus dikelilingi oleh singa itu dan juga banyak sisa-sisa tubuh korban.
“Abaikan dulu serahin ke gue. Ayo lari!!”
Mereka pun berlari secepat dan dikelilingi oleh para macan manusia yang terus menggeram. Niken terus menembak mereka dengan dua senapan di tanganya. James tak bisa melakukan apa-apa selain berlari mengikuti Niken. Seluruh koridor kampus dikelilingi oleh singa itu dan juga banyak sisa-sisa tubuh korban.
Akhirnya mereka sampai ke lab Niken. Niken berhasil menyingkirkan semua monster itu dari ruanganya dan dengan cepat ia menutupnya. Dan ia lihat di sekitar labnya tidak ada apa-apa. Niken hendak mengambil zat itu di raknya tetapi ia melihat sesuatu yang bergerak di bawah mejanya. Saat dia ingin memeriksanya James ternyata berkata sesuatu.
“Gue baru inget. Tadi di Labnya kak Daniel kenapa Rasti menghilang ya?” James bertanya dengan muka heranya.
“Rasti itu siapa?” Rasti menjawabnya sambil fokus dengan pencarianya.
“Itu adiknya kak Daniel. Yang menunjukkan makhluk itu pertama kali adalah dia. Dan kau tahu, yang dijadikan kak Daniel makhluk itu adalah keluarganya.” Saat James berkata seperti itu, Niken sontak menghentikan pencarianya.
“Hah? Kenapa kak Daniel melakukanya. Dan kenapa hanya Rasti yang tidak dijadikan bahan eksperimenya?”
“Mana aku tahu. Lu kenapa sih di kelas kok diem banget? aku kira kamu anak SLB nyasar di sini hahaha.”
“Aku malas kalau disuruh berbicara yang tidak penting.”
“Gue baru inget. Tadi di Labnya kak Daniel kenapa Rasti menghilang ya?” James bertanya dengan muka heranya.
“Rasti itu siapa?” Rasti menjawabnya sambil fokus dengan pencarianya.
“Itu adiknya kak Daniel. Yang menunjukkan makhluk itu pertama kali adalah dia. Dan kau tahu, yang dijadikan kak Daniel makhluk itu adalah keluarganya.” Saat James berkata seperti itu, Niken sontak menghentikan pencarianya.
“Hah? Kenapa kak Daniel melakukanya. Dan kenapa hanya Rasti yang tidak dijadikan bahan eksperimenya?”
“Mana aku tahu. Lu kenapa sih di kelas kok diem banget? aku kira kamu anak SLB nyasar di sini hahaha.”
“Aku malas kalau disuruh berbicara yang tidak penting.”
“Cewek aneh! Oh iya, kamu pernah punya cinta pertama?”
“Apa yang lu omongin?”
“Aku baru saja menemukanya. Dan aku bahagia dia juga mengenalku.”
“Ini cairan yang aku curi darimu. Maaf.” Niken merunduk dan menyodorkan cairan yang berada di dalam tabung kaca kecil itu.
“Pasti ini tidak akan terjadi jika kau tidak mencurinya. Suit untuk memaafkanmu!”
Niken tak berani menatap James lagi karena rasa bersalahnya. Tetapi hati nuraninya menyuruhnya untuk kembali membantu James mengakhiri bencana horror ini. Namun, James telah lenyap dari pandanganya. Ia hanya mendengar teriakan James. Saat ia mengintip apa yang terjadi di luar, ternyata James telah diseret oleh monster itu.
“Apa yang lu omongin?”
“Aku baru saja menemukanya. Dan aku bahagia dia juga mengenalku.”
“Ini cairan yang aku curi darimu. Maaf.” Niken merunduk dan menyodorkan cairan yang berada di dalam tabung kaca kecil itu.
“Pasti ini tidak akan terjadi jika kau tidak mencurinya. Suit untuk memaafkanmu!”
Niken tak berani menatap James lagi karena rasa bersalahnya. Tetapi hati nuraninya menyuruhnya untuk kembali membantu James mengakhiri bencana horror ini. Namun, James telah lenyap dari pandanganya. Ia hanya mendengar teriakan James. Saat ia mengintip apa yang terjadi di luar, ternyata James telah diseret oleh monster itu.
Niken mengejarnya dengan tak henti menembaki monster-monster yang menghalangi jalannya. Monster itu membawa James ke dalam kelasnya. Ia melihat semua yang ada di kelasnya telah lenyap. Dan mungkin yang menyeret James adalah teman sekelasnya. Para monster itu hampir saja merobek perut James, tetapi Niken menembak mereka dengan brutal. Niken pun menarik James keluar dengan cepat dengan berbekal kursi yang dibawanya dari kelas. Sampai akhirnya mereka sampai di depan kampus. Niken pun sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya sedangkan James sedang sibuk menghabisi monster-monster itu.
“Sepertinya semua telah terinfeksi.”
“Wow! Sekarang kota kita menjadi hutan di Afrika. Penuh dengan singa.”
“Aku heran, kenapa infeksinya menyebar dengan cepat.”
“Saat aku terseret tadi, aku menemukan fakta bahwa setelah mereka tergigit atau terkena cakar pasti akan terinfeksi. Dan kau tahu, dosen kita itu juga terinfeksi.”
“Sial! Di belakangmu!”
Niken menarik tangan James sambil berlari dari kejaran monster-monster itu yang tiba-tiba muncul dari belakang mereka. Dan akhirnya mereka menemukan sebuah mobil yang terlihat kosong. Mereka pun menggunakanya untuk kabur dari para monster itu.
“Wow! Sekarang kota kita menjadi hutan di Afrika. Penuh dengan singa.”
“Aku heran, kenapa infeksinya menyebar dengan cepat.”
“Saat aku terseret tadi, aku menemukan fakta bahwa setelah mereka tergigit atau terkena cakar pasti akan terinfeksi. Dan kau tahu, dosen kita itu juga terinfeksi.”
“Sial! Di belakangmu!”
Niken menarik tangan James sambil berlari dari kejaran monster-monster itu yang tiba-tiba muncul dari belakang mereka. Dan akhirnya mereka menemukan sebuah mobil yang terlihat kosong. Mereka pun menggunakanya untuk kabur dari para monster itu.
Senjata mereka semakin sakti sekarang. dengan mudahnya mereka menggilas para monster itu yang ada di jalanan. Sementara itu, James sedang meracik cairan yang akan digunakan untuk menjadi lawan dari infeksi ini. Niken dengan seriusnya menyetir. James pun memecahkan Susana yang tegang ini dengan pertanyaanya.
“Kau akan membawa kita ke mana?”
“Ke rumah ayahku.”
“Oh iya aku baru inget kalau kau juga punya keluarga.”
“Bagaimana dengan keluargamu? Apakah kau tidak ingin menemuinya?”
“Aku punya keluarga yang sangat besar. Sampai akhirnya aku kehilangan mereka. Kau tahu kan tempat tinggalku kan di labku sendiri jadi keluargaku ya seisi kampus ini. Hahaha.”
“Nggak lucu. Jadi kamu sebatang kara?”
“Siapa bilang aku sebatang kara. Aku kan manusia skak mat!”
“Hmm. Bagaimana kau berhasil membuat vaksinya?”
“Ini sudah selesai. Tapi hasilnya nanti tidak seperti yang kau bayangkan.”
“Kau akan membawa kita ke mana?”
“Ke rumah ayahku.”
“Oh iya aku baru inget kalau kau juga punya keluarga.”
“Bagaimana dengan keluargamu? Apakah kau tidak ingin menemuinya?”
“Aku punya keluarga yang sangat besar. Sampai akhirnya aku kehilangan mereka. Kau tahu kan tempat tinggalku kan di labku sendiri jadi keluargaku ya seisi kampus ini. Hahaha.”
“Nggak lucu. Jadi kamu sebatang kara?”
“Siapa bilang aku sebatang kara. Aku kan manusia skak mat!”
“Hmm. Bagaimana kau berhasil membuat vaksinya?”
“Ini sudah selesai. Tapi hasilnya nanti tidak seperti yang kau bayangkan.”
“Kita sudah sampai.”
Mereka telah tiba di depan rumah Niken. Suasana di sana sangatlah sepi. Tidak ada seorangpun. Begitu pula monster-monster itu yang entah ke mana. Mereka mulai masuk ke dalam rumah Niken dan tidak ada siapapun di sana. Lalu Niken teringat dengan ruangan pribadi ayahnya yang tak pernah sekalipun ia masuki. Ia dengan nekatnya mendobrak pintu itu. dan menemukan ayahnya sedang duduk di depan komputernya. Niken menepuk bahu ayahnya. Dan tiba-tiba ayahnya menggigitnya. Dia berniat menembak ayahnya tapi tanganya terasa berat. Sementara itu, James terus melarang Niken membunuh ayahnya sendiri dan terus menyodorkan jarum suntiknya. Tetapi Niken sudah menembak kepala ayahnya. Setelah itu mereka berbincang-bincang di ruang tamu.
Mereka telah tiba di depan rumah Niken. Suasana di sana sangatlah sepi. Tidak ada seorangpun. Begitu pula monster-monster itu yang entah ke mana. Mereka mulai masuk ke dalam rumah Niken dan tidak ada siapapun di sana. Lalu Niken teringat dengan ruangan pribadi ayahnya yang tak pernah sekalipun ia masuki. Ia dengan nekatnya mendobrak pintu itu. dan menemukan ayahnya sedang duduk di depan komputernya. Niken menepuk bahu ayahnya. Dan tiba-tiba ayahnya menggigitnya. Dia berniat menembak ayahnya tapi tanganya terasa berat. Sementara itu, James terus melarang Niken membunuh ayahnya sendiri dan terus menyodorkan jarum suntiknya. Tetapi Niken sudah menembak kepala ayahnya. Setelah itu mereka berbincang-bincang di ruang tamu.
“Kenapa kau membunuhnya? Padahal vaksinku sudah siap.”
“Tidak. Aku tahu reaksi dari vaksinmu seperti apa.”
“Iya sih. Ayahmu tak mungkin berubah menjadi manusia. Malah mennjadi seperti Hachiko. Lu jenius juga ya.”
“Sebenarnya aku tidak suka sains. Tapi di saat seperti ini aku harus memanfaatkan sains.”
“Tapi setidaknya ayahmu bisa hidup.”
“Aku sudah tidak tahan melihat wajahnya lagi. Dia sudah selalu memaksaku untuk menguasai sains dan dia selalu menghajarku setiap aku ada di rumah.”
“Itu pasti alasan kenapa kau menjadi sedingin itu. Tapi di mana kak Daniel dan Rasti sekarang?”
“Aku tidak tahu. Mama.. di mana kau sekarang mamaku. Andaikan dia masih hidup.” Sambil menangis, Niken memeluk erat James. James kaget dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa mengelus-ngelus rambut Niken.
“Tidak. Aku tahu reaksi dari vaksinmu seperti apa.”
“Iya sih. Ayahmu tak mungkin berubah menjadi manusia. Malah mennjadi seperti Hachiko. Lu jenius juga ya.”
“Sebenarnya aku tidak suka sains. Tapi di saat seperti ini aku harus memanfaatkan sains.”
“Tapi setidaknya ayahmu bisa hidup.”
“Aku sudah tidak tahan melihat wajahnya lagi. Dia sudah selalu memaksaku untuk menguasai sains dan dia selalu menghajarku setiap aku ada di rumah.”
“Itu pasti alasan kenapa kau menjadi sedingin itu. Tapi di mana kak Daniel dan Rasti sekarang?”
“Aku tidak tahu. Mama.. di mana kau sekarang mamaku. Andaikan dia masih hidup.” Sambil menangis, Niken memeluk erat James. James kaget dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa mengelus-ngelus rambut Niken.
“Aku punya ide! Bagaimana kalau kita campur ramuan itu dengan darah manusia?”
“Bisa juga. Bagaimana kalau kau ambil darahmu dulu?”
“Iya. Tapi bagaimana dengan darahmu?”
“Ti.. tidak. Nggak bisa. Aku punya anemia.”
“Ah aku punya ide lagi. Bagaimana kalau kita pergi ke toko mainan?”
“Buat apa?”
“Ayolah cepet!”
“Bisa juga. Bagaimana kalau kau ambil darahmu dulu?”
“Iya. Tapi bagaimana dengan darahmu?”
“Ti.. tidak. Nggak bisa. Aku punya anemia.”
“Ah aku punya ide lagi. Bagaimana kalau kita pergi ke toko mainan?”
“Buat apa?”
“Ayolah cepet!”
Mereka berlanjut ke toko mainan. Dan Niken membawanya ke took mainan terdekat. James membawa semua pistol air mainan yang dibuatnya untuk menyemprotkan penawar kepada para monster itu. mereka memutuskan untuk kembali ke kampus mencoba kesuksesan penawarnya.
Jalanan yang asalnya sangat sepi menjadi sedikit bergemuruh karena mereka keluar dari toko mainan itu. James dengan santainya mengambil darah dari lenganya lalu mencampurkanya ke cairan-cairan yang lain. Kemudian, Niken mendekati monster itu saat monster itu membuka mulutnya, James dengan refleks mengarahkan pistol air yang berisi penawar ke mulut monster itu dan si monster itu pun berhenti melompat ke arah Niken otot-ototnya mulai mengecil, matanya yang dulu merah berubah menjadi hitam. Si monster itu pun kembali menjadi manusia. Niken dan James tersenyum bahagia. Dengan refleks Niken memeluk erat James dan tertawa lepas. Lagi-lagi Niken membuat James tersentak dengan kelauan anehnya yang tak seperti biasa.
“Kau berhasil James!”
“Hahaha tidak Niken. Kita yang berhasil! Ayo kita lanjutkan permainanya!”
“Game is not over yet! Huhuuuu!”
“Kau berhasil James!”
“Hahaha tidak Niken. Kita yang berhasil! Ayo kita lanjutkan permainanya!”
“Game is not over yet! Huhuuuu!”
Mereka dengan gesit menembaki monster-monster itu dan menyuruh monster yang telah berubah menjadi manusia untuk membantunya. lalu mereka kembali ke kampus untuk mengembalikan keadaan kampus yang sangat kacau. James kembali ke labnya untuk mengambil cairan lebih banyak. Dan ia mengekstrasinya menjadi gas yang bisa dihirup sehingga lebih mudah untuk menyebar. Ia menyalurkan gas itu ke semua pendigin ruangan di kampus. Lalu mereka teringat akan kak Daniel dan Rasti. Mereka pun mencarinya ke mana-mana. Sampai akhirnya mereka menemukan kak Daniel di atap kampus sambil membawa Rasti yang kelihatan sangat lemah. James pun berteriak memperingatkan kak Daniel.
“Apa yang kau lakukan? Ada apa dengan Rasti?”
“Tenang dulu tenang.. seharusnya kau berterima kasih kepadaku.”
“Huh? Berterima kasih? Untuk apa huh?”
“Kau belum tahu ya? Aku akan menjadikanmu pasangan dari adikku. Tapi terlebih dulu kau harus menjadi sepertinya.”
“Jadi.. kau sudah merubah..”
“Yup! You’re right! Kalian akan menjadi couple yang akan menghasilkan hybrid yang sangat luar biasa!”
“Ke sini jemput pasanganmu.”
“Tolong jangan sakiti Rasti! Kau tahu, dia itu cinta pertamaku!”
“Ah ah ah.. cukup mengharukan! Aku sudah menyetujui perasaanmu itu jadi jangan khawatir sayang!”
“Mendekatlah!”
“Tenang dulu tenang.. seharusnya kau berterima kasih kepadaku.”
“Huh? Berterima kasih? Untuk apa huh?”
“Kau belum tahu ya? Aku akan menjadikanmu pasangan dari adikku. Tapi terlebih dulu kau harus menjadi sepertinya.”
“Jadi.. kau sudah merubah..”
“Yup! You’re right! Kalian akan menjadi couple yang akan menghasilkan hybrid yang sangat luar biasa!”
“Ke sini jemput pasanganmu.”
“Tolong jangan sakiti Rasti! Kau tahu, dia itu cinta pertamaku!”
“Ah ah ah.. cukup mengharukan! Aku sudah menyetujui perasaanmu itu jadi jangan khawatir sayang!”
“Mendekatlah!”
James pun seakan terhipnotis. Dia mendekati kak Daniel demi menyelamatkan Rasti. Niken selalu berusaha untuk menghentikan James. Tetapi James tetap mendekati kak Daniel. Sementara itu, Rasti perlahan-lahan berubah menjadi makhluk yang meraum-raum. Yang dilakukan James kemudian adalah menendang kak Daniel ke tepi atap. James memeluk Rasti dengan sangat erat hingga akhirnya ia melepaskanya saat Rasti berubah menjadi seeorang monster. Serangan Rasti gagal setelah Niken menendang Rasti ke arah kak Daniel yang ternyata belum terjatuh dan tanganya masih menggantung di tepi atap. Rasti terlempar tepat ke arah kak Daniel dan ia menggigit tangan kakaknya sendiri, namun kak Daniel menarik gigitan Rasti beserta dirinya ke bawah. Mereka berdua tewas.
Setelah itu James berlari mendekati Niken yang sedang terlihat tidak sehat.
“Menjauhlah dariku?”
“Kenapa? Kau kenapa? Aku telah kehilangan cinta pertamaku sekarang.”
“Ja..di dia cin..ta per.. Tamamu?”
“Menjauhlah dariku?”
“Kenapa? Kau kenapa? Aku telah kehilangan cinta pertamaku sekarang.”
“Ja..di dia cin..ta per.. Tamamu?”
Tiba-tiba Niken menggigil sangat hebat dan otot-otot ditubuhnya mulai bermunculan. Dia mengucapkan kalimat terakhirnya sebelum ia berubah “Maaf, aku telah terinfeksi!” James pun menangis dan ragu untuk mendekati Niken. Dia berusaha meraih penawar yang jauh darinya. Hingga saat Niken berusaha menerkam James. James tidak melawanya melainkan ia menyemprotkan cairan penawar itu ke mulut Niken yang menganga lebar. Dan saat niken tepat jatuh di tubuhnya Niken tak lama kemudian tersadar dari kegilaanya.
“Terima kasih. Aku akan menggantikan dia sebagai cinta pertamamu.”
“Sama-sama. Jadilah partnerku. Dan cintailah sains.”
“Sama-sama. Jadilah partnerku. Dan cintailah sains.”
Mereka akhirnya menyadari kalau terdapat takdir yang datang kepadanya di tengah bencana yang mengenaskan itu. Mereka bersatu untuk mengalahkan kekejaman sains dengan kebaikan sains yang mereka manfaatkan.
0 komentar:
Post a Comment